Sabtu 06 Mar 2021 09:39 WIB

Jokowi Bilang Tiba Maret, Italia Blokir Vaksin ke Australia

Italia memblokir pengiriman vaksin Astrazeneca yang ditujukkan ke Australia.

Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin Astrazeneca Covid-19 di pusat perawatan kesehatan di Seoul pada Jumat, 26 Februari 2021. Korea Selatan pada hari Jumat memberikan suntikan vaksin virus corona pertama yang tersedia kepada orang-orang di fasilitas perawatan jangka panjang.
Foto: Jung Yeon-je /Pool via AP
Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin Astrazeneca Covid-19 di pusat perawatan kesehatan di Seoul pada Jumat, 26 Februari 2021. Korea Selatan pada hari Jumat memberikan suntikan vaksin virus corona pertama yang tersedia kepada orang-orang di fasilitas perawatan jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rr Laeny Sulistyawati, Zainur Mahsir Ramadhan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan vaksin Covid-19 produksi Astrazeneca tiba di Tanah Air bulan Maret. Dari 50 juta dosis yang telah dipesan Indonesia ke pihak Astrazeneca, Kemenkes belum bisa memastikan jumlah dosis vaksin yang akan tiba tersebut.

“Iya (tiba Maret), tetapi saya belum dapat info dosisnya (yang akan masuk),” kata juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (5/3).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangannya melalui saluran Youtube menyatakan, vaksin Astrazeneca akan datang bulan Maret ini sebanyak 4,6 juta dosis. Kedatangan vaksin akan menambah jumlah ketersedian yang saat ini ada. Sejauh ini, Indonesia telah menerima sebanyak 38 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac.

Kemenkes menargetkan enam bulan pertama di tahun ini bisa memvaksin 45 juta rakyat Indonesia. Dengan kata lain, butuh 90 juta dosis untuk target tersebut. Selanjutnya, enam bulan berikutnya, sekitar 140 juta orang harus divaksin.

Saat ini vaksin yang sudah ada di Indonesia baru 38 juta dosis. Semuanya vaksin Sinovac. Tiga juta dosis jadi telah diperuntukkan bagi 1,5 juta orang tenaga kesehatan. Sementara 35 juta dosis lainnya berbentuk bulk atau bahan bakunya saja yang kemudian diolah oleh Bio Farma.

Pemerintah menetapkan empat merk vaksin, yakni Sinovac, Astrazeneca, Novavac dan Pfizer untuk program vaksinasi gratis. Sementara vaksinasi mandiri atau gotong royong harus selain empat vaksin itu. Di sisi lain, vaksin Pfizer yang ditargetkan dapat 50 juta dosis juga kini masih dalam proses lobi.

Siti Nadia mengatakan, untuk mendapatan vaksin Pfizer, pemerintah saat ini masih dalam tahap lobi. Sementara untuk vaksin Sinovac yang telah ada komitmen sebanyak 140 juta dosis bahan baku, kata Nadia, akan dikirimkan dua kali setiap bulan. Bahan baku vaksin ini akan datang bertahap, per bulan sebanyak 20-30 juta dosis.

Nadia menambahkan, Indonesia juga akan mendapatkan 11 juta dosis vaksin Covid-19 dari kerja sama pengembangan vaksin antara WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (GAVI) secara gratis. Vaksin ini akan datang secara bertahap. Namun, Nadia tidak menjelaskan kapan vaksin ini mulai tiba di Indonesia.

“Vaksin dari Covax facility juga akan tiba (di Indonesia) hingga Mei, jumlahnya 11 juta dosis,” ujar dia.

 

Diblokir

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengatakan, tantangan utama dalam upaya vaksinasi memang terkait ketersediaan vaksin yang terbatas. Seluruh negara di dunia berebut dosis vaksin dari semua produsen yang ada.

Italia dikabarkan memblokir pengiriman vaksin Astrazeneca Covid-19 yang ditujukkan ke Australia. Hal tersebut juga dikonfirmasi pejabat Eropa jika Italia pekan lalu memutuskan untuk memblokir ekspor 250 ribu dosis vaksin AstraZeneca yang dibuat di Italia untuk menopang pasokan vaksin di Uni Eropa.

Sejauh ini, Perdana Menteri Italia, Mario Draghi, memang telah mengambil tindakan tegas pada upaya vaksinasi di Italia. Khususnya, ketika negara-negara Eropa telah tertinggal jauh dalam hal vaksinasi dibanding Inggris, Israel dan Amerika Serikat.

Mengutip Insider pada Jumat (5/3), untuk mendukung itu, Komisi Eropa sebelumnya telah memperkenalkan mekanisme ekspor vaksin yang kontroversial di tengah perselisihan dengan Astrazeneca dan pemerintah Inggris. Terlebih, saat mereka mengalami kekurangan pasokan vaksin.

Mekanisme itu, didasari dugaan para pejabat Uni Eropa yang mencurigai jika perusahaan obat yang bermarkas di Inggris itu, mengalihkan pasokan vaksin buatan UE ke Inggris. Tuduhan itu, dikatakannya menyalahi kontrak yang ada. Sehingga, dengan mekanisme tersebut, negara-negara Eropa akan memblokir ekspor vaksin buatan dalam negeri yang terikat ke negara lain.

Sebenarnya, komisi memiliki hak untuk memveto keputusan Italia jika blokir kiriman vaksin adalah keputusan yang dinilai salah. Namun demikian, komisi tidak menolak keputusan Italia.

Bahkan, dikutip dari Financial Times, Italia juga telah memberitahu keputusannya tersebut pekan lalu ke markas Uni Eropa di Brussels. Langkah Italia itu sebenarnya berisiko meningkatkan ketegangan global seputar pasokan vaksin virus Covid-19.

Kamar Dagang Internasional bulan lalu memperingatkan bahwa penerapan kontrol ekspor vaksin oleh UE dapat memiliki implikasi yang menghancurkan pada pasokan vaksin global. Mereka mengatakan, setiap langkah untuk membatasi ekspor vaksin dari UE berisiko tindakan pembalasan dari negara-negara yang dapat merusak upaya vaksinasi global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement