REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan efektivitas vaksin Covid-19 akan diketahui dalam kurun waktu tertentu. Itu setelah dilakukan pemantauan efek perlindungan yang terjadi di masyarakat.
“Efektivitas vaksin ini akan diketahui setelah dilakukan pemantauan efek perlindungannya di masyarakat yang divaksinasi dalam kurun waktu tertentu," kata Wiku dalam konferensi pers daring dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/1).
Setelah dilakukan proses vaksinasi, Wiku mengatakan pemerintah akan melihat apakah terjadi penurunan tingkat penularan Covid-19 atau tidak. "Herd immunity (kekebalan komunal) akan tercapai apabila penularannya menurun terus menerus sampai sangat minimal atau tidak ada sama sekali," kata Wiku.
Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin buatan Sinovac. BPOM menyatakan efikasi Vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen.
Angka efikasi 65,3 persen Vaksin Covid-19 buatan Sinovac, kata Wiku, muncul dari hasil uji klinis. Angka tersebut muncul setelah melihat perbandingan efektivitas vaksin antara kelompok yang divaksin maupun yang tidak.
“Dikeluarkannya besar angka efikasi Vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen ini mengartikan bahwa selama masa uji klinik yg terkontrol di Bandung sejak tahun lalu, terjadi penurunan 65,3 persen kemunculan kasus pada kelompok yang divaksinasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wiku menekankan bahwa vaksinasi yang dilakukan di masa pandemi adalah untuk membangun kekebalan komunal (herd immunity). Semua proses diawali dengan membentuk kekebalan individu. Indonesia terlebih dahulu akan memprioritaskan vaksinasi terhadap masyarakat yang berpotensi tertular Covid-19 lebih tinggi.
"Dalam masa pandemi, untuk membentuk kekebalan kelompok tidak harus memvaksinasi semua individu, karena tidak semua individu bisa divaksinasi, seperti mereka yang memiliki masalah kesehatan," kata Wiku.