Selasa 20 Oct 2020 15:47 WIB

La Nina, BNPB Sebut Daerah Ini Berpotensi Banjir dan Longsor

Pulau Jawa dan sebagian Indonesia bagian timur perlu memperhatikan ancaman ini.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan fenomena La Nina bisa mengakibatkan bencana seperti banjir dan tanah longsor. Beberapa wilayah yang perlu memperhatikan ancaman ini, yaitu Pulau Jawa dan sebagian besar wilayah di Indonesia bagian timur.

"Dari informasi yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah-wilayah terutama di Pulau Jawa, kemudian sebagian besar Indonesia wilayah timur kecuali Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali (bisa terjadi tanah longsor dan banjir)," kata Kepala BNPB Letjen Doni Monardo saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Mengantisipasi Bencana Hidrometeorologi, Selasa (20/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, fenomena  La Nina di Pulau Jawa bisa menyebabkan tanah longsor dan menimbulkan korban yang tidak sedikit. Bahkan, ia menyebutkan bencana ini pada awal tahun di Jawa Barat, Banten, dan Jakarta mengakibatkan korban jiwa lebih dari 60 orang. Ia mengatakan wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur juga masih sering terjadi banjir dan longsor. 

Tak hanya di Jawa, ia mengatakan, Sulawesi dalam beberapa periode terakhir ini juga mengalami banjir dan longsor. Ia mengatakan, di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 2019 lalu terjadi bencana yang sama dengan lebih dari 80 orang tertimbun tanah longsor dan terbawa banjir bandang. 

Ia mengatakan wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara. Sulawesi punya potensi besar untuk terjadi dua bencana itu. 

Ia mengatakan Kalimantan juga mengalami berpotenai mengalami musibah yang sama. Ini terbukti 1,5 bulan yang lalu sempat terjadi banjir bandang dan tanah longsor di Tarakan, Kalimantan Utara, yang menimbulkan korban jiwa. 

"Jadi, hampir semua wilayah nasional kita cukup rawan," katanya.

Menurut Doni, ancaman La Nina biasanya diikuti banjir bandang dan tanah longsor.  Karena itu, hal yang paling penting adalah mitigasi non-struktural yang berupaya di bidang kultural atau perilaku. 

"Kalau kita sudah mempersiapkan diri dengan memperhatikan masalah perilaku dengan menjaga lingkungan dan mengantisipasi kesiapsiagaan, ini akan bisa mengurangi risiko terjadinya korban jiwa," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, BNPB mengatakan telah melihat hal-hal positif yang dilakukan oleh banyak pimpinan di daerah yang melibatkan banyak komponen ketika mendapatkan informasi curah hujan tinggi. Termasuk masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai untuk mengikuti informasi mengenai curah hujan sejak dari hulu. 

"Teman-teman atau masyarakat yang di hulu memberikan laporan dan itu kemudian diikuti dengan evakuasi. Sehingga, prosedur bisa dilakukan ketika banjir bandang tiba dan kemudian masyarakat akan selamat," katanya.

Kemudian, ia mengaatakan Badan Penanggulangan Bencana Bencana Daerah (BPBD) juga berupaya menginformasikan daerah-daerah atau permukiman yang berada di lereng bukit atau lereng gunung yang kemiringannya lebih dari 30 derajat. "BPBD mengevakuasi sementara korban terdampak ketika terjadi longsor, sehingga rumah mereka mungkin tertimbun tetapi manusianya bisa selamat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement