Ahad 18 Oct 2020 16:56 WIB

UU Ciptaker, PDIP-Golkar Paling Disorot Negatif Warganet

Riset media sosial menunjukkan ada ekspresi kemarahan kepada PDIP dan Golkar.

Rep: Nawir Arsyad Akbar / Red: Ratna Puspita
Ilustrasi UU Cipta Kerja
Foto: republika
Ilustrasi UU Cipta Kerja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Analis media dari Kernels Indonesia Tomi Satryatomo mengatakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar paling disorot negatif oleh warganet di media sosial terkait Undang-Undang Cipta Kerja. Hal itu berdasarkan hasil riset percakapan atau big data di media sosial sejak 3 hingga 13 Oktober 2020.

“Baik PDIP dan Golkar muncul ekspresi kemarahan, kekagetan, dan rasa tak percaya. Kita bisa melihat betapa marahnya netizen kepada kedua partai politik ini di media sosial,” ujar Tomi dalam diskusi yang digelar oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Ahad (18/10).

Baca Juga

Golkar menjadi pihak yang paling banyak menerima makian oleh warganet perihal pengesahan UU Cipta Kerja. Dalam analisis emosional di media sosial, ekspresi kemarahan yang paling banyak diterima oleh partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto itu.

“Didominasi rasa marah yang luar biasa, diikuti rasa kaget dan rasa kurang percaya yang meningkat selama 11 hari (3-13 Oktober),’ ujar Tomi.

Berbeda dengan PDIP, di mana ekspresi kemarahan di media sosial tak semasif Golkar. Namun, partai berlambang banteng itu justru dikaitkan dengan kata kunci lain, seperti asing, palu, dan Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah.

“PDIP seiring dengan insiden mikrofon mati. Kekagetan dan ketakutan publik terdeteksi dalam narasi di klaster pendukung RUU,” ujar Tomi.

Selain itu, selama 3 sampai 13 Oktober, hampir tak ada akun dari politikus pendukung UU Cipta Kerja yang mendominasi linimasa. Fungsi edukasi perihal regulasi sapu jagat itu justru dilakukan oleh akun-akun buzzer atau pendengung.

“Dominasi akun buzzer pada klaster pendukung RUU Cipta Kerja dan hampir tidak adanya akun politisi parpol mengisyaratkan sikap ‘tinggal glanggang colong playu’. Kedua parpol pendukung terlihat tidak melakukan edukasi,” ujar Tomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement