Jumat 18 Sep 2020 08:55 WIB

Habib Zein: Rabithah Alawiyah Kehilangan Abah Alwi

Alwi Shahab adalah contoh dan motivator untuk Republika dan Rabithah.

Wartawan senior Harian Republika, Alwi Shahab di depan Kantor Redaksi Republika, Jakarta, (6/2). Pria kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1936 ini adalah sedikit dari wartawan yang terus berkarya hingga kini. Alwi Shihab menjalani profesinya sejak tahun 1960.
Foto: Republika
Wartawan senior Harian Republika, Alwi Shahab di depan Kantor Redaksi Republika, Jakarta, (6/2). Pria kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1936 ini adalah sedikit dari wartawan yang terus berkarya hingga kini. Alwi Shihab menjalani profesinya sejak tahun 1960.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabithah Alawiyah menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggal dunianya sejarawan Betawi sekaligus wartawan senior Republika, Alwi Shahab. Ketua Umum Rabithah, Habib Zein bin Umar bin Smith menyampaikan almarhum Alwi Shahab adalah contoh bagi Rabithah.

"Sampaikan ungkapan duka cita untuk seluruh tim Republika atas wafatnya Abah Alwi. Beliau menjadi contoh dan motivator bukan hanya bagi Republika, tetapi juga bagi Rabithah," kata Habib Zein lewat pesan singkatnya, Kamis (18/9).

Baca Juga

Habib Zein mengaku kehilangan kawan diskusi sejarah tentang Alawiyin dan tanah Betawi. "Allahumma ighfirlahu warhamhu wa afihi wa'fu anhu."

Kabar duka menyelimuti keluarga besar PT Republika Media Mandiri. Wartawan senior, Alwi Shahab, Kamis (17/9) meninggal dunia tepat pukul 03.00 WIB.

"Telah berpulang ke Rahmatullah Alwi Shahab, sejarawan Betawi, wartawan harian Republika. Meninggal Kamis, 17 Sept 2020 pukul 03.00. Rumah Duka, Kompleks Balekambang Asri no 14, Gang Haji Sarbii, Jalan Mungggang, Condet, Jakarta Timur. Al Fatihah," demikian informasi yang diperoleh dari Idrus Shahab.

Abah Alwi, demikian ia akrab disapa, seorang wartawan yang telah menjalani profesinya hampir 60 tahun. Kariernya dimulai tahun 1960 sebagai wartawan kantor berita Arabian Press Board di Jakarta. Sejak Agustus 1963 ia bekerja di kantor berita Antara.

Berbagai jenis liputan digelutinya saat di Antara, mulai dari reporter kota, kepolisian, parlemen, sampai bidang ekonomi. Selama sembilan tahun (1969-1978), anak Betawi kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat ini, menjadi wartawan Istana.

Sepanjang bertugas sebagai wartawan, Alwi Shahab kerap melakukan liputan di luar negeri. Di antaranya, tahun 1983 ia mengunjungi perbatasan Malaysia-Thailand untuk meliput operasi penumpasan gerakan Komunis oleh tentara Malaysia.

Pensiun dari Antara tahun 1993, ia bergabung dengan HU Republika. Tanpa kesulitan Abah Alwi langsung beradaptasi dengan lingkungan baru yang dihuni oleh orang-orang muda.

Dengan komitmennya yang tinggi terhadap kewartawanan Abah Alwi langsung menjadi contoh bagi rekan yuniornya, bagaimana seseorang bisa menjadi wartawan sejati, walau telah memasuki usia senja. Ia tak kalah produktif dibandingkan dengan rekan yuniornya.

Sejak di Republika, ia mulai menulis artikel-artikel tentang sejarah kota Jakarta, baik dalam bentuk tulisan lepas, di rubrik kebudayaan, maupun di rubrlik Sketsa Jakarta dan Nostalgia. Abah Alwi seolah-olah tidak kehabisan bahan untuk mengangkat permasalahan kota Jakarta, terutama kisah-kisah tempo doeloe-nya. Untuk objektivitas penulisan, ia bukan saja mendatangi nara sumber, menelaah berbagai koleksi dan bahan, tetapi juga mendatangi tempat yang menjadi bahan penulisannya. Selamat jalan Abah Alwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement