REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menilai, Muhammadiyah belum memiliki pengganti sosok seperti Yunahar Ilyas. Khususnya terkait peran dan kepakaran beliau di jajaran Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
"Saya yakin tak ada yang betul-betul menggantikan peranan beliau selama ini," kata Muhadjir seusai menghadiri pemakaman Yunahar di Kompleks Pemakaman Karangkajen, Yogyakarta, Jumat.
Menurut Muhadjir, Yunahar selama ini memiliki posisi yang sangat unik di jajaran PP Muhammadiyah, terutama di dalam hal kepakaran keislamannya yang dinilai sangat luas.
"Keislamannya yang sangat dalam dan luas. Beliau ini memiliki pengetahuan keislaman yang multi kompleks sehingga banyak hal-hal yang terkait istinbath (mencari dalil) hukum (Islam), beliau yang jadi rujukan," kata Muhadjir yang juga Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain belum ada yang dinilai memiliki kepakaran seperti Yunahar, menurut dia, posisi Yunahar sebagai ketua Bidang Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah akan terisi setelah dilaksanakan Muktamar Muhammadiyah.
"Menurut ketentuan tidak ada yang bisa mengisi sampai nanti ada Muktamar. Muktamar akan diselenggarakan Juli tahun ini," kata dia.
Secara pribadi, Muhadjir mengaku memiliki kedekatan khusus dengan Yunahar. Banyak hal yang kerap ia konsultasikan dengan Yunahar khususnya terkait ilmu bahasa Arab.
"Kalau tanya soal qowaid, tentang nahwu, shorof, tentang masdar dan beberapa istilah yang saya masih ragu biasanya beliau yang saya minta memberikan opini kedua dari apa yang saya temukan," kata Muhadjir.
Sebelum meninggal, Yunahar Ilyas mengalami sakit komplikasi diabetes. Ia sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Rencananya, Yunahar dijadwalkan menjalani operasi cangkok ginjal di RSUP Dr Sardjito. Operasi belum berjalan, Yunahar wafat pada 2 Januari 2020, pukul 23.47 WIB di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Prof. Dr Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. (lahir di Bukittinggi, Sumbar, pada 22 September 1956 adalah pengajar dan ulama dari Muhammadiyah. Dia menjabat sebagai Ketua MUI Pusat.