REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Seorang pengungsi asal Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng) mengalami keguguran. Dia harus mendapatkan perawatan medis setelah terjatuh di lokasi pengungsian di kota Jayapura, Provinsi Papua.
Pengungsi tersebut merupakan bagian dari 30 orang warga asal Jateng yang hingga kini masih bertahan di Jayapura. “Saat ini, kondisi pengungsi yang mengalami keguguran tersebut sudah berangsur pulih dan terus membaik,” ujar Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah, Imam Masykur, di Semarang, Senin (7/10).
Ia mengatakan, pada Sabtu (5/10) dan Ahad (6/10) kemarin, ia berkesempatan mengunjungi Wamena serta Jayapura untuk menemui warga Jateng yang mengungsi akibat terdampak kerusuhan. Selain itu, ia juga diutus oleh Gubernur Jawa Tengah guna mendata dan memastikan warga yang masih berada di pengungsian.
Dari kunjungan ini ia memastikan di Wamena sudah tidak ada warga Jateng. “Mereka seluruhnya telah mengungsi ke Jayapura, setelah situasi keamanan di Wamena memburuk akibat kerusuhan massa,” kata Imam.
Ia juga mengungkapkan, total warga Jateng yang berada di Wamena tercatat sebanyak 57 orang. Pascakerusuhan, sebanyak 27 orang di antaranya telah meninggalkan Wamena dan pulang ke daerah asalnya di Jawa Tengah.
Sisanya sebanyak 30 orang hingga hari ini masih bertahan di pengungsian yang ada di kota Jayapura. Saat ini, semua warga Jateng tersebut dalam kondisi yang baik dan ditampung di lima titik pos pengungsian yang ada di Jayapura dan Sentani.
Pos pengungsian itu masing-masing di Resimen Induk Kodam (Rindam) XVII Cenderawasih, Pangkalan TNI AU Silas Papare, Markas Batalyon 751 Jayapura, Masjid Al Aqsha Sentani serta Lantamal X Jayapura. “Semuanya sehat dan tidak ada yang mengeluh sakit,” kata Imam.
Dia juga mengatakan, ke-57 warga Jateng yang berada di Wamena berasal dari beberapa daerah, seperti Kabupaten Kendal, Blora, Kebumen, Tegal, Demak, Rembang, Pati, Batang, Sukoharjo. Sebanyak sembilan orang berasal dari Surakarta.
Sedangkan dari usia, ke-30 orang tersebut umumnya merupakan orang dewasa dan tercatat hanya ada sembilan orang yang masih usia anak- anak. Umumnya mereka merupakan para pedagang yang mengadu nasib di Wamena.
Jika sampai Selasa (8/10) warga yang mengungsi ini masih belum memungkinkan untuk kembali ke Wamena, pemerintah pusat bakal memulangkan mereka ke Jateng secara bertahap. Pemerintah pusat bakal memfasilitasi kepulangan warga pada Rabu (9/10) lusa serta pada Jumat, 11 Oktober nanti. Pemulangan tersebut rencananya akan menggunakan transportasi kapal laut.
“Selain oleh Pemerintah Pusat, pemulangan mereka mereka ke daerah asal juga difasilitasi masing-masing pemerintah kabupaten serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng,” katanya.
Imam juga mengatakan, Plt Sekda Wamena Tinggal Wahono berharap warga Jateng yang saat ini meninggalkan Wamena suatu saat bisa kembali lagi untuk mengadu nasib di Wamena. Keberadaan warga Jateng membantu bergeraknya roda perekonomian di Wamena. Selain itu warga Jawa Tengah juga dikenal guyup dan bisa menyesuaikan dengan warga setempat.