REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengunjung maupun masyarakat Yogyakarta menyambut baik dengan diberlakukannya Malioboro full pedestrian. Full pedestrian ini dimulai sejak 27 Agustus yang mana sebelumnya jalan di Malioboro masih semipedestrian.
Diterapkannya full pedestrian ini dimanfaatkan pengunjung maupun warga untuk melakukan berbagai aktivitas. Salah satunya Komunitas Capung. Komunitas ini memanfaatkan pedestrian di Selasa Wage dengan bersepeda mengelilingi kawasan Malioboro. Sekitar 100 anggotanya yang merupakan karyawan di toko-toko Malioboro mengikuti kegiatan ini.
Ketua Komunitas Capung, Teguh Romaji menyambut baik diterapkannya full pedestrian ini. Sebab, kegiatan pengunjung di Malioboro tidak diganggu oleh kendaraan bermotor. Sehingga, pengunjung pun dapat menikmati Malioboro dengan bebas dan leluasa.
"Untuk pengunjung dan masyarakat lebih bisa bebas, ada yang bersepeda dan ada yang jalan kaki," kata Teguh.
Menurutnya, hal ini membawa budaya Yogyakarta yang istimewa kepada masyarakat luas. Terlebih, Malioboro memang menjadi ikon Yogyakarta yang dikenal tidak hanya wisatawan lokal tetapi juga wisatawan mancanegara.
Dengan dimanjakannya pejalan kaki di Malioboro, menurut Teguh hal itu merupakan perubahan yang diharapkan baik warga maupun pengunjung sejak dulu. Bahkan mimpi lama yang baru terwujud saat ini.
"Baru ada perubahan dari dulu sampai sekarang. Sekarang masyarakat semakin condong ke Malioboro," ujarnya.
Pengunjung lainnya, Muhammad Suhodo (42) juga mengajak anggota keluarganya menelusuri Malioboro. Ia yang merupakan warga Yogyakarta ini memanfaatkan momen saat full pedestrian ini agar dapat menikmati Malioboro tanpa kendaraan bermotor.
"Di sini bisa jalan kaki sambil bawa anak mengelilingi Malioboro," katanya.
Namun, dengan diliburkannya pedagang kaki lima saat Selasa Wage ini, menurutnya juga mengurangi pengunjung yang datang ke Malioboro. Sebab, pedagang kaki lima juga menjadi ciri khas dari Malioboro sejak dulu.
"(Pedagang kaki lima) Tidak apa-apa diliburkan. Tapi, kawasan wisata itu ramai karena ada pedagang kaki limanya," ujar Suhodo.
Selasa (27/8) ini baru pertama kalinya Malioboro diterapkan sebagai kawasan full pedestrian. Namun, belum seluruhnya masyarakat mengetahui akan penerapan sistem ini.
Saat Republika.co.id menyusuri jalan sepanjang Malioboro, masih ada beberapa pengendara motor yang melewati kawasan ini. Namun, petugas dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satpol PP berjaga di setiap simpang yang ada.
Begitu melihat pengendara motor, mereka langsung meminta untuk berbelok agar tidak memasuki kawasan Malioboro. Namun, becak kayuh dan transportasi umum seperti Trans Jogja masih diperbolehkan memasuki kawasan Malioboro.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Agus Arif mengatakan, full pedestrian ini akan dilakukan mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB. "Tanggal 27 Agustus kita mulai jam 09.00 maka Jalan Malioboro 99 persen full pedestrian," kata arif beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, pemberlakukan full pedestrian ini guna memberikan ruang kepada masyarakat untuk lebih menikmati kawasan Malioboro. Selain itu, juga sebagai bentuk upaya dalam merawat Malioboro, khususnya dalam aktivitas ekonomi.
Walaupun begitu, transportasi umum seperti Trans Jogja tetap diperbolehkan melewati kawasan Malioboro. Termasuk kendaraan yang sifatnya kedaruratan seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran.
"Tidak ada lagi perlintasan kendaraan bermotor dari Jalan Sosrowijayan sampai Simpang Dagen yang melewati Malioboro. Jadi hampir full Malioboro nanti sebagai ruang pedesterian," jelas Arif.