Ahad 30 Jun 2019 19:33 WIB

BKSDA: Gajah Mati yang Ditemukan Bukan Karena Bahan Kimia

Dokter akan melakukan pemeriksaan nekropsi terhadap gajah.

Seekor gajah dipindahkan ke taman rimba Jambi.
Foto: Antara/Gatot Priadi
Seekor gajah dipindahkan ke taman rimba Jambi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi Rahmad Saleh mengatakan sudah mengirimkan tim investigasi beserta dokter hewan. Dokter akan melakukan pemeriksaan nekropsi terhadap gajah Sumatera yamg ditemukan mati di area WCA yang juga merupakan bagian dari area konsesi LAJ di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

“Kami sudah melakukan lidik, observasi dan olah TKP sampai uji lab,” katanya dalam keterangan tertulis kepada wartawan Ahad (30/6).

Baca Juga

Sebelumnya, tim Ranger Wildlife Conservation Area (WCA) PT Lestari Astri Jaya (LAJ) pada Rabu, 8 Mei 2019, menemukan seekor gajah (elephas maximus sumatranus) dalam kondisi mati di areal tersebut. Direktur LAJ Meizani Irmadhiany mengatakan hasil observasi dan identifikasi awal Tim Ranger WCA menunjukan bahwa gajah Sumatera tersebut berjenis kelamin betina. Temuan gajah mati ini telah dilaporkan oleh Manajer WCA kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi untuk investigasi dan penanganan lebih lanjut.

“Kami mendukung upaya investigasi yang menyeluruh dan transparan terhadap kematian gajah di wilayah WCA. Hal itu meupakan bagian dari komitmen berkelanjutan LAJ dengan pemerintah,” jelas Meizani.

Meizani mengatakan WCA merupakan salah satu komitmen LAJ dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. Tim Ranger WCA setiap hari rutin melakukan patrol serta melakukan sosialisasi kepada warga perambah untuk mencegah terjadinya konflik antara manusia dan gajah.

“WCA menjadi solusi penting dalam upaya mengembalikan habitat Gajah Sumatera yang saat ini menghadapi tantangan dan ancaman deforestasi dan kegiatan ilegal lainnya,” imbuhnya.

Berdasarkan hasil lab forensik, kematian gajah Sumatera berjenis kelamin betina ini, bukan karena faktor kimia. Agar tidak terjadi hal serupa, KSDA Jambi akan mensosialisasikan secara terus menerus kepada masyarakat terkait habitat ruang gajah dan manusia yang sudah overlap.

“Kami akan memberikan pemahaman ke masyarakat agar kedepannya masyarakat dan gajah bisa hidup berdampingan dengan pembagian ruang,” tambah Meizani.

Saat ini, KSDA Jambi sedang menginisiasi program Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) sebagai koridor Gajah Sumatera di kawasan lanskap Bukit Tiga Puluh. Program WCA merupakan bagian dari koridor gajah/KEE yang diusulkan oleh BKSDA Provinsi Jambi.

Diketahui, lokasi WCA terletak berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) dan diapit oleh dua blok konsesi restorasi ekosistem PT Alam Bukit Tiga puluh (ABT). WCA merupakan proyek jangka panjang LAJ bekerjasamad dengan WWF-Indonesia yang secara efektif mulai dikembangkan sejak 2018.

LAJ mengalokasikan sebagian area konsesi tanaman hutan industrinya sebagai wilayah jelajah bagi Gajah Sumatera yang saat ini populasinya diperkirakan hanya tersisa 120-150 individu di lanskap Bukit Tigapuluh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement