Selasa 25 Jun 2019 14:45 WIB

Wiranto: Tidak Ada Alasan Aksi Massa Saat Putusan Pilpres

Kedua pasangan calon sudah berkomitmen menghormati dan menerima putusan MK.

Menkopolhukam Wiranto memberikan keterangan, Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (10/6).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Menkopolhukam Wiranto memberikan keterangan, Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan tidak ada alasan bagi pihak manapun untuk menggerakkan aksi massa saat putusan sengketa pilpres. Mahkamah Konstitusi (MK) akan membacakan putusan sengketa pilpres pada Kamis (27/6).

"Tidak ada alasan saat kita masuk suatu keputusan konstitusional kemudian ada gerakan massa lagi. Untuk apa?" kata Wiranto di kompleks parlemen di Senayan, Jakarta, Selasa (26/6).

Baca Juga

Wiranto menyebut tidak ada alasan lagi untuk melakukan aksi demonstrasi karena kedua capres dan cawapres baik Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandi telah berkomitmen menghormati dan menerima putusan MK. Selain itu, lanjut dia, capres Prabowo Subianto sebelumnya juga meminta para pendukungnya untuk tidak mendatangi MK saat lembaga hukum itu mengumumkan putusan sengketa pilpres, Kamis (27/6).

Apalagi, kepolisian sebelumnya melarang aksi massa di sekitar gedung MK karena dapat mengganggu kepentingan nasional. "Maka kalau ada gerakan massa, saya perlu tanyakan, ini gerakan untuk apa? Yang diperjuangkan apa?. Lalu kelompok mana?," tanya Wiranto.

Mantan Panglima ABRI (TNI) itu akan menindak tegas apabila ada pihak tertentu termasuk organisasi kemasyarakatan atau ormas yang nekad melakukan aksi massa, apalagi hingga menimbulkan kericuhan. "Demonstrasi itu kan ada yang mengajak, ada yang mendorong, menghasut nanti kan kita tahu siapa tokoh yang bertanggung jawab itu. Tinggal kami cari tokohnya, kami tangkap saja karena menimbulkan kerusuhan," katanya.

Wiranto mengingatkan masyarakat agar tidak main-main dengan masalah keamanan nasional karena proses demokrasi sudah masuk dalam konsep dan koridor yang benar. "Ada toleransi hukum. Jika toleransi hukum dilanggar, dilewati, ya kami tinggal menindak saja siapa tokohnya itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement