REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan memastikan, masuknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke dalam ka'bah di Masjid Al Haram merupakan upaya pemerintah Arab Saudi menjaga hubungan diplomatik dengan Indonesia. Hal ini menjawab tudingan bahwa Presiden mencoba memaksa Pemerintah Arab Saudi agar diizinkan masuk ke dalam ka'bah.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bahkan menegaskan bahwa kesempatan untuk masuk ka'bah merupakan undangan yang diberikan pemerintah setempat.
"Enggak-lah kalau memaksa. Mana bisa sih negara dipaksa. Raja mana bisa dipaksa. Begini ini kan dukungan hubungan diplomatik kan pasti ada hitung hitungannya kalau saya melihat dari cara Raja berbicara dan Putra Mahkota, ini sebuah apresiasi," kata Moeldoko di Kompleks Istana Negara, Selasa (16/4).
Moeldoko yang ikut dalam rombongan Presiden ke Arab Saudi kemudian menceritakan pengalamannya saat menemani Jokowi bertemu Raja Salman dan menjalankan ibadah umrah pada Ahad (14/4) hingga Senin (15/4) kemarin.
Moeldoko menyebut bahwa sejak awal pertamuan, Raja Salman sudah terlihat mengapresiasi kehadiran Presiden Jokowi. Hal ini, kata dia, terlihat dari frekuensi percakapan yang lebih banyak dimulai oleh Sang Raja sendiri. Kondisi ini berbeda dengan saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia pada 2017 lalu.
"Tidak seperti waktu di Indonesia dulu, satu dua kalimat. Namun nyaris selama menerima Presiden (Jokowi), beliau banyak bicara tentang Indonesia. Saya juga bingung kenapa bisa tahu begitu banyak," kata Moeldoko.
Saat pelaksanaan ibadah umrah di Makkah pun, Moeldoko mengaku Presiden sempat tidak enak hati terhadap pemerintah Arab Saudi. Alasannya, Jokowi merasa diperlakukan terlampau istimewa oleh pihak kerajaan. Bahkan Jokowi sempat bertanya mengapa sampai dikawal begitu banyak oleh pihak keamanan kerajaan.
"Saya katakan, Pak yang hadir di ka'bah ini kan berbagai negara jadi tidak bisa dideteksi soal keamanan jadi wajar pasukan keamanan mereka lebih ketat," kata Moeldoko.