Senin 15 Apr 2019 17:03 WIB

Tambang Batu Bara Sawahlunto Ditargetkan Jadi Warisan Budaya

Tambang batu bara Sawahlunto telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

PT Bukit Asam Tbk dan Pemkot Sawahlunto, Sumatra Barat berencana membuka lubang tambang baru untuk destinasi wisata. Lubang-lubang tambang yang dikelola PTBA memang tak lagi beroperasi menyusul biaya produksi batu bara yang tak lagi ekonomis bagi perusahaan.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
PT Bukit Asam Tbk dan Pemkot Sawahlunto, Sumatra Barat berencana membuka lubang tambang baru untuk destinasi wisata. Lubang-lubang tambang yang dikelola PTBA memang tak lagi beroperasi menyusul biaya produksi batu bara yang tak lagi ekonomis bagi perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap situs pertambangan batu bara Sawahlunto, Sumatera Barat bisa segera menjadi warisan dunia. Hal itu disampaikan oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadjamuddin Ramly di Jakarta, Senin (15/4).

Situs pertambangan Sawahlunto, menurut dia, telah diajukan ke UNESCO untuk menjadi warisan dunia pada 2017. "Selama pengajuan itu kami sudah memberikan dokumen dossier-nya, kita tinggal menunggu hasilnya lewat sidang UNESCO pada Juli 2019 nanti," kata Nadjamuddin.

Baca Juga

Sawahlunto, urai dia, merupakan tempat pertambangan batubara tertua di Indonesia yang telah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pertambangan itu mulai dioperasikan oleh Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin pada 1982.

Dia mengatakan pengajuan situs pertambangan batu bara Sawahlunto diusulkan oleh Dinas Kebudayaan Kota Sawahlunto, didukung oleh daerah-daerah lainnya, yang dilewati oleh jalur distribusi pertambangan batu bara Ombilin saat masa kolonial.

Daerah-daerah yang terlibat antara lain Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kota padang Panjang, Solok dan Sawahlunto. Namun sayangnya, kata Nadjamuddin, jalur kereta yang dahulunya dilalui oleh kereta "Mak Itam" pengangkut batu bara tersebut telah tertimbun tanah.

"Relnya sudah tertimbun tanah, jadi agak sulit untuk direkonstruksi," kata dia.

Kereta uap "Mak Itam" yang sempat berada di Museum Kereta Api di Ambarawa telah dipulangkan kembali ke Sawahlunto pada 2008. "Mak Itam" digunakan untuk mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke Teluk Bayur, Padang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement