REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Ekuador telah membekukan kewarganegaraan Julian Assange. Negara itu menuduh dia beserta orang-orang di WikiLeaks telah bersama-sama berusaha mengacaukan stabilitas pemerintahan negara Andes itu.
Kewarganegaraan Assange akhirnya dibekukan setelah Ekuador selama bertahun-tahun memberinya perlindungan.
Assange, dengan wajah berjenggot dan terlihat ringkih, ditangkap oleh polisi Inggris di Kedutaan Besar Ekuador di London pada Kamis (11/4) setelah Ekuador menghentikan pemberian suaka baginya. Assange sebelumnya tinggal di kedutaan negara tersebut sejak 2012 agar tidak diserahkan kepada Swedia terkait penyelidikan pelecehan seksual.
"Kewarganegaraan Ekuador Assange ditangguhkan pada Rabu (10/4)", kata Menteri Luar Negeri Jose Valencia kepada para wartawan.
Untuk sebagian kalangan, Assange adalah seorang pahlawan yang mengungkap penyelewengan kekuasaan serta sebagai pejuang kebebasan berpendapat. Namun bagi kalangan lain, tokoh kelahiran Australia itu adalah sosok berbahaya yang merongrong keamanan Amerika Serikat dan punya hubungan yang terlalu luas dengan Rusia.
WikilLeaks membuat marah Washington dengan menerbitkan ratusan ribu data komunikasi diplomatik rahasia AS, yang kerap mengungkapkan penilaian kritis AS soal pemimpin-pemimpin dunia, dari Presiden Rusia Vladimir Putin hingga para anggota kerajaan Arab Saudi.
Pengacara Assange di Quito, Carlos Poveda, mengatakan kepada para wartawan bahwa status suaka untuk Assange dihentikan sebagai pembalasan atas tuduhan korupsi terhadap Presiden Ekuador Lenin Moreno. Poveda juga mengatakan bahwa nyawa Assange terancam jika diserahkan kepada Amerika Serikat.
Assange pada 2012 ditawari status suaka oleh presiden Ekuador saat itu, Rafael Correa. Namun, hubungannya dengan Ekuador melemah di bawah Moreno, yang mengatakan bahwa Assange telah melanggar syarat-syarat suaka. Assange mendapat kewarganegaraan Ekuador pada Januari 2018.
Moreno marah setelah sejumlah foto lama dia bersama keluarganya, yang diambil empat tahun sebelumnya ketika mereka tinggal di Eropa, beredar di media sosial. Pemerintahan Moreno mengatakan pihaknya meyakini bahwa foto-foto itu dibocorkan oleh WikiLeaks.