Jumat 11 Jan 2019 15:11 WIB

Kemenkes Evaluasi Pelaksanaan Imunisasi MR

Ada 71 daerah yang cakupan imunisasi campak rubelanya di bawah 95 persen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Imunisasi MR (ilustrasi).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Imunisasi MR (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengevaluasi pelaksanaan imunisasi campak rubela (Measles Rubella/MR) pada 2017 hingga 2018 lalu. Ternyata cakupan di 71 daerah masih di bawah 95 persen, karena itu Kemenkes melakukan empat langkah untuk meningkatkan cakupan MR.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan, cakupan imunisasi MR di 256 kabupaten atau kota per 2018 lalu sudah di atas 95 persen. Kabupaten atau kota ini terletak di enam provinsi di jawa dan sembilan provinsi di luar Jawa.

"Tetapi sampai saat ini masih ada 71 kabupaten/kota yang cakupan imunisasi MR nya di bawah 95 persen," katanya saat ditemui di pemaparan kinerja Kemenkes, di Jakarta, Kamis (10/1) lalu.

Ia menambahkan hingga saat ini baru 58.614.480 anak Indonesia yang memperoleh imunisasi MR yang dilaksanakan selama 2017-2018 kemarin. Padahal targetnya 66.927.540 anak bisa mendapatkannya.

Oleh karena itu, kata dia, untuk daerah-daerah yang cakupannya belum mencapai 95 persen maka Kemenkes melakukan empat langkah. Pertama penguatan imunisasi rutin campak rubela utamanya di rentang usia 9-18 bulan. "Imunisasi rutin harus sungguh-sungguh diupayakan supaya cakupan imunisasi MR bisa mencapai 95 persen," ujarnya.

Kemudian langkah kedua yaitu melakukan imunisasi MR di bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di seluruh Indonesia. Oleh karena itu pihaknya meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) bekerja sama dengan Kemenkes. Upaya selanjutnya, dia menambahkan, yaitu menutup kesenjangan imunisasi di wilayah-wilayah yang berisiko penularan penyakit ini.

Sebagai tindak lanjutnya, ia menyebut di daerah punya risiko sedang maupun tinggi harus melakukan Outbreak Respons Immunization (ORI) MR untuk melengkapi status imunisasi anak. Langkah keempat atau terakhir yaitu edukasi kepada masyarakat bahwa perlindungan paling optimal penyakit akibat virus ini adalah dengan imunisasi, bukan dengan cara lain.

"Tetapi ini harus sejalan dengan penguatan surveillance berbagai penyakit akibat tidak mendapatkan imunisasi MR khususnya kelainan jantung, mata dan ini dilakukan di seluruh fasilitas kesehatan yaitu RS," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement