REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, menyebutkan, aparat keamanan terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan di Nduga, Papua. Ia pun memastikan, TNI tidak menggunakan bom, hanya menggunakan pelontar granat.
"Musuh saat ini yang mencoba melakukan perlawanan telah melarikan diri sedang dilakukan pengejaran oleh aparat penegak keamanan," ujar Wiranto usai melakukan rapat koordinasi terbatas di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (11/12).
Wiranto kemudian menampik isu yang mengatakan TNI menggunakan bom yang dijatuhkan dari pesawat dalam melakukan pengejaran terhadap para pelaku. Menurutnya, TNI tidak menggunakan bom, melainkan menggunakan pelontar granat.
"Tapi kalau kita gunakan granat pelontar, iya, dan suaranya kalau buat orang awam sama dengan bom, tapi barangnya beda. Kalau bom dijatuhkan dari udara, ini dilontarkan dari senapan," jelasnya.
Di samping itu, Kapendam XVII Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, mengimbau kepada seluruh masyarakat agar jangan mudah termakan isu propaganda, terlebih soal adanya kabar warga sipil Papua yang menjadi korban penyerangan TNI Polri. Aidi mengatakan, upaya tersebut sengaja digunakan oleh para pelaku penembakan untuk memojokkan TNI-Polri.
"Segala pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom, dan istilah zona tempur, hanyalah upaya propaganda pihak KKSB untuk berusaha menggiring opini publik, guna memojokkan TNI Polri," ujar Aidi dalam keterangan persnya, Ahad (9/12) lalu.
Menurut Aidi, KKSB membuat seolah-olah TNI-Polri yang melakukan tindakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Padahal, sambung dia, mereka yang telah membatai puluhan orang warga sipil yang tidak berdosa seakan-akan bukan suatu kesalahan.
Hal itu ia sebutkan untuk menanggapi pemberitaan yang mengatakan, dalam proses evakuasi pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan Bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban. Aidi menegaskan, TNI tidak pernah menggunakan serangan bom. TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri, yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit.
"Tidak ada heli serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom," ucapnya.