REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, menyatakan tak mau membicarakan klaim-klaim yang kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) buat. Menurut Wiranto, klaim yang dikeluarkan KKSB merupakan suatu propaganda dan kebohongan untuk membuat masyarakat resah.
"Saya tidak akan berdiskusi dengan kriminal. Mereka klaim apa saja, nggak saya jawab. Nggak benar itu pasti," ujar Wiranto usai melakukan rapat koordinasi terbatas di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (11/12).
Wiranto menilai, klaim-klaim yang dikeluarkan KKSB merupakan suatu propaganda untuk membuat masyarakat resah dan ketakutan. Menurut dia, yang terpenting untuk dipahami adalah, negara memiliki kewajiban untuk melindungi segenap warga negaranya. Itulah yang akan pemerintah terus lakukan.
"Soal bagaimana klaim, biarin aja klaim apapun jelas mereka kriminal. Melakukan kejahatan di luar batas kemanusiaan harus kita lawan," ujar mantan Panglima ABRI itu.
Di samping itu, Kapendam XVII Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, mengimbau kepada seluruh masyarakat agar jangan mudah termakan isu propaganda, terlebih soal adanya kabar warga sipil Papua yang menjadi korban penyerangan TNI Polri. Aidi mengatakan, upaya tersebut sengaja digunakan oleh para pelaku penembakan untuk memojokkan TNI-Polri.
"Segala pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom, dan istilah zona tempur, hanyalah upaya propaganda pihak KKSB untuk berusaha menggiring opini publik, guna memojokkan TNI Polri," ujar Aidi dalam keterangan persnya, Ahad (9/12) lalu.
Menurut Aidi, KKSB membuat seolah-olah TNI-Polri yang melakukan tindakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Padahal, sambung dia, mereka yang telah membatai puluhan orang warga sipil yang tidak berdosa seakan-akan bukan suatu kesalahan.
Hal itu ia sebutkan untuk menanggapi pemberitaan yang mengatakan, dalam proses evakuasi pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan Bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban. Aidi menegaskan, TNI tidak pernah menggunakan serangan bom. TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri, yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit.
"Tidak ada heli serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom," kata dia.