Jumat 16 Nov 2018 01:11 WIB

Pengamat: Siapapun Menang, Demokrat Tetap Punya Bargaining

Demokrat ingin menjaga pemilihnya, yakni kader dan konstituen di daerah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita
Penutupan Pembekalan Caleg. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhhoyono bersama fungsionaris berfoto usai penutupan Pembekalan Caleg Legislatif DPR RI di Jakarta, Ahad (11/11).
Foto: Republika/ Wihdan
Penutupan Pembekalan Caleg. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhhoyono bersama fungsionaris berfoto usai penutupan Pembekalan Caleg Legislatif DPR RI di Jakarta, Ahad (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahuddin menilai sikap Partai Demokrat pada Pemilu Serentak 2019 ini akan membuatnya lentur setelah diketahui siapa yang menang pada Pilpres 2019. Sebab, Demokrat punya posisi tawar atau bargaining di dua kubu capres-cawapres 2019.

"Katakanlah jika Jokowi-Ma'ruf yang menang, SBY akan bilang ke Jokowi, 'Pak Jokowi, Anda kan tahu, saya enggak paksakan untuk memilih Prabowo, sekarang Anda menang boleh jadi di situ juga ada pemilih kami, kami bersahabat kok dengan Anda. Bisa aja begitu," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (15/11).

Dalam kondisi demikian, papar Said, Demokrat berarti telah mampu mempertahankan suara pemilih loyalnya dan sekaligus menambah suara dari pemilih potensial. Keadaan ini juga berpotensi membuat Demokrat mendapatkan kursi yang signifikan di DPR sehingga posisi tawarnya di hadapan Jokowi menjadi tinggi.

"Demokrat mungkin enggak akan mendapatkan jatah menteri. Karena ini mungkin sudah dijanjikan di antara koalisi pendukung Jokowi dan Demokrat enggak ada di situ. Tapi hanya mendapatkan suara tambahan dengan membebaskan kadernya memilih di Pilpres 2019," kata dia.

Sebaliknya, lanjut Said, jika Prabowo-Sandi yang menang, maka Demokrat harus tetap diakui sebagai parpol pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu. Sebab, Demokrat tidak pernah mencabut dukungannya untuk Prabowo-Sandi. "Dan saat mendaftar ke KPU pun, Demokrat tercatat sebagai parpol pendukung Prabowo-Sandi," ujarnya.

Menurut Said, Demokrat ingin menjaga pemilih loyalnya, yakni kader dan konstituen yang sudah terbangun di daerah. Selain itu, mereka ingin menyasar kelompok yang ingin Pemilu ini berjalan damai. 

Segmen ini adalah orang-orang yang bosan dan muak dengan perseteruan di antara dua kubu itu, seperti soal hoaks dan sebagainya. Segmen tersebut, papar Said, menganggap semua parpol sama saja. 

Saat mengambil jalan tengah ini, Demokrat bisa memengaruhi segmen itu dan bisa menunjukkan bahwa Demokrat adalah partai yang tidak suka ribut-ribut. Segmen ini kebanyakan berasal dari kalangan milenial dan pemilih pemula. "Jadi kalau Anda enggak mau pilih capres-cawapres yang suka ribut, setidaknya ada partai yang enggak suka ribut'. Dengan membebaskan kadernya pilih capres yang mana saja," tutur dia. 

photo
'Ulah' Demokrat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement