REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sehari pascaintruksi Wakil Presiden Jusuf Kalla agar mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) dengan cara konvensional, antrean pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sekitar Palu, berkurang pada Sabtu (6/10). Sebelumnya, antrean pengisian bensin di SPBU mengular sampai luar SPBU.
Selain itu, pasokan listrik juga mulai berangsur normal dengan luasan wilayah bertambah, di mana sebelumnya hanya di bagian wilayah pusat Kota Palu saja. "Alhamdulillah rumah kami listriknya sudah nyala," kata Suwandi, warga Kota Palu yang listriknya mati sejak gempa terjadi.
Sementara perekonomian belum sepenuhnya berjalan. Ada pasar dan warung yang buka, tetapi bisa dihitung dengan hitungan jari. Selain itu, pasar yang dibuka juga dijaga ketat oleh aparat keamanan. Sementara warung yang buka hanya menjual bahan sisa warung sebelum gempa.
Wali Kota Palu Hidayat mengungkapkan untuk pasokan listrik, Pemkot Palu telah berkoordinasi dengan PLN pusat untuk perbaikan listrik kota Palu. "Saya koordinasi dengan PLN di Jakarta juga, katanya masih menunggu perbaikan, yang penting ada yang nyala, sehingga masyarakat bisa dapat air," ujar Hidayat di Palu.
Ia menyebut tidak optimalnya pasokan listrik karena infrastruktur yang rusak karena gempa dan tsunami. Kendati demikian, ia mengatakan, tetap bersyukur ada listrik yang tetap menyala.
“Memang belum bisa semua karena jaringan di rumah, ya, roboh di jalan roboh, itu nggak mungkin. Tapi kami atasi air bersih dengan beli tandem, dan kami kerahkan semua armada-armada pemadam kebakaran jadi semua mobile terus," kata Hidayat.
Sementara terkait distribusi bantuan ke posko pengungsian di Kota Palu, Hidayat mengungkap, saat ini sudah normal dan merata ke 129 titik di Kota Palu. “Alhamdulilah sekarang sudah mulai normal pendistribusian ini, juga membutuhkan waktu karena BBM, belum begitu lancar. dan alat komunikasi belum bagus sehingga perlahan-perlahan kita benahi," katanya.