REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gempa kembali mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Jumat (31/8) sekira pukul 10.37 Wita. Pantauan //Republika//, gempa membuat sejumlah warga yang tengah berada di Mapolda NTB di Jalan Langko, Kota Mataram, NTB, berlarian keluar ruangan karena gempa.
Seorang warga Mataram, Amri, mengaku kaget dengan guncangan gempa. Saat kejadian, Amri sedang berada di kantin Polda NTB."Langsung keluar kita karena tadi didorong sama teman yang panik, lumayan terasa gempanya," ujar Amri.
Kata Amri, sejatinya kondisi kantin tidak dalam bahaya karena beratapkan seng dengan struktur bangunan yang relatif aman."Kalau roboh paling hanya tertimpa seng, tapi namanya kaget ya keluar dulu lah," lanjutnya.
BMKG merilis gempa dengan magnitudo 5,1 terjadi pada pukul 10.37 Wita dengan letak episenter gempa berada pada 23 km Barat Laut Mataram dengan kedalaman 10 Km.
Sudah sebulan lebih bencana gempa bumi mengguncang Pulau Seribu Masjid, julukan Pulau Lombok. Berdasarkan rilis Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada Rabu (29/8) lalu. disebutkan sudah ratusan gempa yang terjadi di Lombok, sehingga memiliki dampak yang sangat besar dan telah menelan ribuan korban.
Jika memandang hamparan tanah Lombok dari rekaman aerial, terlihat jelas begitu besarnya dampak dari rentetan gempa bumi yang telah menghantam Lombok. Tercatat sejak Ahad (29/7) bulan lalu, gempa mulai mengguncang Lombok. Rentetan gempa juga terus terjadi setelah itu, hingga paling besar terjadi tepat satu pekan setelahnya, Ahad (5/8) petang.
Kabupaten Lombok Utara menjadi salah satu wilayah yang terdampak gempa parah. Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) per tanggal 27 Agustus 2018, korban meninggal mencapai angka 417 jiwa.
Bangunan rusak bertengger di angka 24.989 dengan jumlah pengungsi 134.235 jiwa. Angka itu belum diakumulasikan dengan wilayah lain yang tak kalah hancur akibat gempa yang bertubi-tubi menghantam Lombok beberapa pekan belakangan.
Di Mataram, DMII-ACT mencatat 13 orang kehilangan nyawa akibat tertimpa bangunan saat gempa. Tenda-tenda berdiri di sepanjang jalan perkotaan di Mataram. Jika ditotal, tak kurang dari 18.894 jiwa menempati tenda-tenda terpal berwarna biru. Mereka kehilangan 754 rumah.
Bersebelahan dengan Mataram, tepat di Lombok Barat menjadi wilayah yang memiliki kerusakan rumah paling banyak. Mencapai 46 persen rumah rusak atau 25.546. Rumah dengan kondisi rusak berat sebanyak 12.193 unit, sedangkan rusak sedang hingga ringan di angka 13.353. Wilayah Lombok Barat yang cenderung perkotaan menyimpan 116.453 pengungsi yang mendirikan tenda di berbagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Lombok Utara ini.
Di Lombok Timur yang menjadi pusat gempa berkekuatan 6,9 SR pada Ahad (19/8) per 27 Agustus ini, tercatat 26 orang meninggal dunia dan 104.060 jiwa mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal dan trauma akan runtuhan bagunan. Rumah rusak dengan tingkat berat berjumlah 4.772 unit sedangkan ringan mencapai lebih dari 10 ribu lebih.
Sedangkan untuk wilayah Lombok Tengah, dua orang meninggal dunia. Di kabupaten yang menjadi tempat Bandar Udara Praya ini mungkin agak jarang dilihat kompleks pengungsian di tepian jalan. Mereka hanya mengungsi di sekitaran rumah yang masih berdiri lantaran trauma akan gempa yang melanda berkali-kali. Data DMII-ACT mencatat 13.887 warga Lombok Tengah mengungsi dan 4.767 rumah mengalami kerusakan, sembilan di antaranya mengalami rusak berat.
Gempa tak hanya dirasakan masyarakat Lombok, tetapi juga Pulau Sumbawa. Sumbawa pada Ahad (26/8) diguncang gempa dengan magnitudo 5,1. Terdata tujuh orang meninggal dunia akibat gempa yang melanda Lombok dan Sumbawa ini. Rumah rusak mencapai 6.236.