REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) memilih bertahan di luar rumah pasca gempa tektonik berkekuatan 7 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Ahad malam.
"Warga masih banyak yang memilih di luar rumah karena khawatir akan terjadi gempa susulan," kata seorang warga Desa Penghadang, Praya, Lombok Tengah, Wawan ketika dihubungi, di Jakarta, Ahad malam (5/8).
Wawan menyebutkan gempa kali ini sangat keras atau kencang dan beruntun mengakibatkan semua warga ke luar rumah karena panik. "Pas kejadian saya baru ngopi di rumah kawan, pas gempa terjadi saya lari ke luar rumah," katanya.
Kendati demikian, ia menyebutkan sampai sekarang, belum mendengar adanya informasi rumah yang roboh akibat guncangan gempa tektonik tersebut.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub)melakukan pemeriksaaan guna mengetahui apa dampak dari gempa. Kepala Baguan Kerja Sama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Sindu Rahayu mengatakan memastikan pemeriksaan masih berlangsung. "Saat ini masih dalam pengecekan, ada beberapa kerusakan ringan di Bali," kata Sindu kepada Republika.co.id, Ahad (5/8).
Saat ini, kata dia pemeriksaan juga difokuskan pada simpul-simpul pelayanan transportasi udara di daerah sekitar Lombok. Meskipun begitu, Sindu memastikan bandara masih beroperasi.
Gempa berkekuatan 7 SR dengan pusat gempa di darat dengan kedalaman 10 kilometer pada 27 km Timur Laut Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pusat gempa 18 kilometer Barat Laut Lombok Timur NTB.
BMKG juga sudah mengeluarkan peringatan dini tsunami. Potensi tsunami terjadi di pantai Lombok Barat bagian utara dengan status waspada dan pantai Lombok Timur bagian Utara dengan status Waspada.