REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menyalurkan bantuan untuk para pengungsi korban gempa bumi di Kecamatan Sembalun dan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan tersebut senilai total Rp 100 juta.
Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Imelda Alini di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Kamis (2/8)."Bantuan sumbangan senilai Rp 100 juta ini dalam bentuk sembako, selimut, obat-obatan, susu untuk anak, dan keperluan lainnya untuk kebutuhan para korban ini selama masa tanggap darurat," kata Imelda, di sela pemberian bantuan di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Kamis (2/8).
Dia memaparkan, bantuan tersebut merupakan bagian kepedulian ASDP terhadap bencana gempa bumi yang terjadi di Lombok, Ahad (29/7) pagi. ASDP, lanjutnya, merasa punya hubungan dengan masyarakat Lombok, NTB, karena di provinsi ini juga ada dua pelabuhan ASDP yang beroperasi yakni Pelabuhan Lembar di Lombok Barat yang menghubungkan Lombok dengan Bali, dan Pelabuhan Kayangan-Poto Tano yang menghubungkan Lombok dengan Sumbawa. "Hampir 30 tahun ASDP ada di sini sehingga ASDP sudah menjadi bagian dari masyarakat NTB," ucap dia.
Imelda menjelaskan, bantuan ASDP merupakan bentuk kepedulian sosial ASDP yang menjadi bagian dari program sosial perusahaan. Menurut Imelda, selain di Desa Sajang, bantuan itu juga akan disalurkan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, dan Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, yang menjadi lokasi-lokasi terdampak gempa paling parah. "Ini merupakan bantuan awal untuk para korban selama masa survive. ASDP akan berupaya menggalang bantuan selanjutnya," katanya.
Sebelum penyerahan bantuan secara simbolis di Desa Sajang, Imelda Alini yang didampingi GM PT ASDP Cabang Lembar, Juliyanto sempat mengunjungi lokasi-lokasi terdampak gempa di Desa Sembalun Bumbung.
Ia juga menyempatkan diri berbincang-bincang dengan warga korban gempa, baik yang masih bertahan dengan mendirikan tenda di halaman rumah, maupun yang berkumpul di lokasi-lokasi pengungsian. "Dari apa yang kita lihat, ternyata memang dampak kerusakan akibat gempa bumi Lombok sangat parah ya. Selain itu lokasinya juga menyebar, sehingga diperlukan penanganan yang lebih baik," lanjutnya.
Menurut Imelda, selain dibutuhkan lebih banyak bantuan sembako dan selimut, recovery bangunan juga harus menjadi prioritas penanganan. Selain itu, dampak psikologis untuk kaum perempuan dan anak-anak korban gempa juga harus mendapat perhatian semua pihak.
"Tadi sempat ngobrol dengan ibu-ibu di pengungsian, ternyata memang trauma healing sudah sangat dibutuhkan. Karena memang dalam banyak kejadian (bencana), faktor psikis ini kurang mendapat perhatian," katanya.
Sementara itu, hingga Kamis (2/8), kondisi masyarakat di Kecamatan Sembalun belum banyak berubah. Di Desa Sembalun Bumbung misalnya, dari total 8.426 penduduk di sana, sekitar 5.680 jiwa masih mengungsi di tenda-tenda pengungsian. Sebagian yang tidak mengungsi, namun tetap mendirikan tenda di sekitar halaman rumah mereka, dan masih takut mendiami rumah.
"Masyarakat masih trauma dan takut tinggal di rumah. Gempa masih sering terasa dan sebagian besar rumah juga retak-retak, meski tidak roboh, namun warga tetap khawatir gempa susulan," kata Kepala Desa Sembalun Bumbung, Sunardi.
Sunardi menjelaskan, saat ini bantuan berupa makanan dan air mineral terus masuk dari berbagai pihak. Namun yang dibutuhkan masyarakat adalah selimut dan obat-obatan. Khususnya untuk para balita dan lansia yang ada di pengungsian. "Warga kami juga masih membutuhkan tenda, karena sebagian besar hanya bisa menggunakan terpal seadanya saja," katanya.