REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Research PT Bahana Sekuritas, Andri Ngaserin, menilai registrasi prabayar yang dilakukan oleh pemerintah dapat membuat industri telekomunikasi menjadi lebih sehat. Menurutnya, registrasi prabayar efektif meminimalkan kebiasaan masyarakat Indonesia yang kerap melakukan gonta-ganti kartu prabayarnya.
“Dengan adanya registrasi prabayar jumlah pelanggan dapat dilihat secara jelas sehingga investasi yang digelontorkan oleh perusahaan telekomunikasi akan jauh lebih tetap sasaran,” kata Andri dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (5/4).
Selain itu, menurutnya, registrasi prabayar dapat mengurangi churn atau tercampurnya pelanggan, sehingga memberikan potensi perbaikan Average Revenue Per User (ARPU) industri telekomunikasi. “Sehingga industri telekomunikasi menjadi lebih sehat,” kata Andri.
Andri yang merupakan pengamat saham PT Bahana Sekuritas ini menilai, saat ini ARPU (Rerata pendapatan per pengguna) industri telekomunikasi di Indonesia terbilang rendah dan tidak sehat. Bahkan, Indonesia menjadi negara terendah kedua setelah India.
Dari kalkulasi yang dimiliki Andri, menurutnya, idealnya ARPU industri telekomunikasi di Indonesia di atas Rp 40 ribu. Dengan ARPU yang ideal perusahan telekomunikasi memiliki kemampuan untuk menggembangkan layanannya dan mempertahankan kualitas jaringannya.
“Jika ARPU perusahaan telekomunikasi hanya Rp 20 ribu, maka operator akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kualitas jaringan dan melakukan penggembangan teknologi,” ujar Andri.
Ia menuturkan, ARPU yang saat ini berlaku tidak real. Sehingga, menurutnya, seharusnya saat ini industri telekomunikasi lebih fokus berjuang pada reload, bukan lagi pada starterpack atau kartu baru.
Dari catatan yang dimiliki oleh Bahana Sekuritas, ARPU emiten telekomunikasi yang paling rendah dipegang oleh Indosat yang hanya Rp 20.300 (blended). Sedangkan ARPU XL mencapai Rp 36 ribu. Sementara ARPU Telkomsel saat ini Rp 42 ribu.
Farah Noersativa