Rabu 21 Mar 2018 20:36 WIB

Ini Tren Jokowi dan Prabowo di Jatim Versi Charta Politika

Prabowo mulai meredup karena memang jarang muncul dan tak punya panggung

Rep: Ali Mansur/ Red: Bilal Ramadhan
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya memberikan pemaran hasil survei mengenai Pilkada Jawa Timur oleh lembaga survei Charta Politika di Jakarta, Rabu (21/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya memberikan pemaran hasil survei mengenai Pilkada Jawa Timur oleh lembaga survei Charta Politika di Jakarta, Rabu (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Charta Politika melakukan survei terkait elektabilitas calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) Jawa Timur, Rabu (21/3). Survei juga menanyakan siapa yang dipilih menjadi presiden antara Joko Widodo atau Prabowo Subianto.

Hasilnya, sebanyak 58,7 persen responden memilih Joko Widodo sebagai presiden dan hanya 26,7 persen memilih Prabowo Subianto. Sebanyak 14,6 persen memilih tidak tahu atau tidak menjawab.

"Hasil survei ini melejit dibandingkan perolehan suara Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu 53,17 persen.Kalau Prabowo justru menurun jika dibandingkan pada Pilpres 2014 yaitu 46,83 persen," jelas Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, di Hotel Atlet Century, Rabu (21/3).

Yunarto menambahkan, ada fakta menarik jika dikaitkan dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Pemilih Presiden Joko Widodo adalah mayoritas pendukung Gus Ipul. Dari keseluruhan responden yang memilih Joko Widodo sebagai presiden pada Pilpres 2019, sebanyak 51,3 persen di antaranya memilih pasangan Gus Ipul-Puti.

Kemudian 35,9 persen memilih pasangan Khofifah-Emil, dan 12 persen responden memilih tidak menjawab. Sedangkan pendukung Prabowo cukup merata di kedua kubu. Pemilih Prabowo, sebanyak 47,4 persen di antaranya justru memilih pasangan Gus Ipul-Puti. Serta sebanyak 44,6 persen memilih pasangan Khofifah-Emil Dardak.

Yunarto melihat fakta ini sebagai hal yang wajar. Mengingat Joko Widodo punya banyak panggung untuk meningkatkan elektabilitasnya. "Ya mungkin karena dia (Joko Widodo) presiden. Sedangkan Prabowo mulai meredup karena memang jarang muncul dan tak punya panggung," tutur Yunarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement