Senin 26 Feb 2018 18:21 WIB

Bambang Soesatyo: Cawapres Jangan Jadi Beban Jokowi

Golkar tidak bicara cawapres tapi menuntut Jokowi untuk menyejahterakan masyarakat

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua DPR, Bambang Soesatyo mendatangi Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (20/2).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua DPR, Bambang Soesatyo mendatangi Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai calon wakil presiden yang tepat mendampingi Presiden Joko Widodo di 2019 mendatang masih dipegang oleh Jusuf Kalla. Hal itu berdasarkan hasil survei yang masih menempatkan JK sebagai pendamping Jokowi.

Namun memang, ada perdebatan terkait ketentuan perundangan yang membolehkan atau tidak posisi wapres lebih dari dua kali. Saat ini sedang dikaji apakah aturan kita atau UUD kita memperbolehkan wapres itu lebih dari dua kali.

"Walaupun dalam bahasanya dalam UU itu punya presiden tidak boleh mnjabat dua kali berturut-turut, tetapi kalau cawapresnya tidak begitu diatur. Makanya kalau dimungkinkan makanya pasangan ideal untuk 2019-2024 ya Jokowi-JK," ujar Bambang di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin (26/2).

Ketua DPR itu menuturkan Golkar sejauh ini menyerahkan kepada Presiden Jokowi terkait sosok cawapresnya. Menurut Bambang, yang penting sosok cawapres Jokowi dapat membantu kerja Jokowi untuk memimpin bangsa Indonesia ke depan lebih sejahtera.

"Golkar tidak mau bicara cawapres, Golkar menuntut Jokowi dan pasangannya ke depan harus bisa memberikan lapangan pekerjaan yang luas kepada masyarakat, memastikan harga sembako murah, memastikan harga perumahan terjangkau oleh rakyat dan semua pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat," ujar Bambang.

Namun demikian, ia menilai sosok cawapres yang dibutuhkan Jokowi adalah yang mampu menambah elektabilitas bagi Jokowi. Hal itu diungkapkannya menyusul sejumlah nama yang disodorkan sebagai cawapres pendamping Jokowi, salah satunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Jadi, harus ada nilai tambahnya, bukan malah jadi beban daripada Pak Jokowi itu sendiri," ujar Bamsoet, sapaan akrabnya.

Menurutnya, jika pilihan ideal berdasarkan survei Jokowo-JK memang tidak diperbolehkan oleh ketentuan perundangan, maka sebaiknya pasangan ideal adalah Jokowi-Prabowo. Kalau tidak dimungkinkan yang paling bagus buat bangsa kita supaya tidak ada lagi pertarungan tajam antara para capres yang kemudian menyisakan luka.

"Recoverynya lama ya sudah kalau Pak JK tidak boleh maka yang ideal adalah pasangan Jokowi-Prabowo," ujar Bamsoet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement