Senin 18 Dec 2017 20:37 WIB

Kemenkes Sebut ORI Dapat Turunkan Kasus Baru Difteri

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Winda Destiana Putri
Imunisasi Massal Difteri. Sejumlah pelajar melakukan imunisasi Difteri di MIT Al-Qolam, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Sejumlah pelajar melakukan imunisasi Difteri di MIT Al-Qolam, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim Outbreak Response Immunization// (ORI) difteri yaitupemberian imunisasi setelah mendapat laporan kejadian luar biasa (KLB) difteri berhasil menurunkan kasus baru penyakit tersebut.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, sejak ORI dimulai pekan lalu atau Senin (11/12), kasus baru difteri mengalami penurunan. Ia menyontohkan misalnya lima hari yang lalu, terjadi 714 kasus baru difteri di seluruh wilayah Indonesia, kemudian empat hari yang lalu meningkat menjadi 741 kasus baru.

Artinya, kata dia, dalam satu hari bertambah 27 kasus baru. Kemudian, sehari setelah itu menjadi 752 yang berarti bertambah 17 kasus baru. Kemudian dua hari lalu kasus baru difteri sebanyak757 berarti bertambah lima kasus baru kembali, kemudian kemarin dari 757 menjadi 760 kasus baru yang artinya bertambah tiga kasus.

"Jadi, setiap hari ada penurunan kasus baru. Tadinya kan dalam sehari bisa muncul puluhan kasus, sedangkan terakhir hanya tiga kasus baru," katanya saat dihubungi Republika, Senin (18/12).

Kendati demikian, ia mengakui sebanyak 28 provinsi masih mengalami KLB difteri. Jane juga mengakui yang mendapatkan ORI di 12 kabupaten, yang ada di tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat rata-rata cakupan imunisasinya baru 18 persen. Padahal, pihaknya ingin semua anak Indonesia mendapatkan imunisasi ini.

"Mengapa? karena kan start imunisasinya baru 11 Desember 2017 lalu, sementara anak sekolah (yang mendapatkan ORI) mulai libur dan tidak bisa suntik imunisasi di sekolah. Jadi, (ORI) harus dilanjutkan setelah anak masuk sekolah lagi," katanya.

Kini dinas kesehatan fokus ORI untuk anak-anak yang belum sekolah yaitu yang berusia antara satu tahun hingga enam tahun di fasilitas kesehatan seperti pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Dengan dibiayai pemerintah daerah, kata dia, Kemenkes yang menyediakan vaksin dan alat suntik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement