Jumat 15 Dec 2017 14:28 WIB

Dua Bendungan Dibangun Atasi Banjir Jakarta

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Indira Rezkisari
Pengendara sepeda motor melintasi banjir yang menggenangi kawasan Semanggi di Jakarta, Senin (11/12). Hujan deras disertai angin menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang air.
Foto: Antara
Pengendara sepeda motor melintasi banjir yang menggenangi kawasan Semanggi di Jakarta, Senin (11/12). Hujan deras disertai angin menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang air.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah pusat mencoba mengurangi kerentanan kawasan metropolitan Jabodetabek dari bencana banjir. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane saat ini tengah membangun dua bendungan kering (dry dam), yakni Bendungan Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor. Pembangunan kedua bendungan merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Jarot Widyoko mengatakan, bendungan Ciawi (Cipayung) berlokasi di bagian hulu Sungai Ciliwung di Desa Cipayung, Desa Gadog, dan Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, dan Desa Kopo di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pembangunan Bendungan Ciawi (Cipayung) membutuhkan lahan dengan total 899 bidang seluas 78,7 hektare (Ha). Penggunaannya sebagai area kontruksi 28,59 Ha, area genangan 31,96 Ha, area green belt 18,15 Ha. Bendungan Ciawi (Cipayung) akan menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,74 juta meter kubik.

Sementara, bendungan Sukamahi berlokasi di bagian hulu Sungai Cisukabirus di Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pembangunan Bendungan Sukamahi membutuhkan lahan dengan total 621 bidang seluas 49,82 Ha, dan yang digunakan sebagai area kontruksi 34,38 Ha, area genangan 5,23 Ha, area green belt 8,89 Ha, area jalan masuk 0,44 Ha dan area fasilitas umum 0,88 Ha. Bendungan Sukamahi menampung aliran Sungai Cisukabirus dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 1,68 juta meter kubik.

Fungsi kedua bendungan ini adalah menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50.

"Jadi kalau terjadi hujan lebat di daerah hulu, debit Sungai Ciliwung yang masuk ke Jakarta dapat ditahan dan dikendalikan," kata Jarot usai meninjau pembangunan kedua bendungan, Jumat (15/12).

Jarot menambahkan, pembangunan dua bendungan kering ini merupakan perhatian dan komitmen pemerintah untuk mengendalikan banjir tidak hanya di hilir melainkan sejak dari hulu. Sebagai bendungan kering maka baru akan digenangi air jika intensitas hujan tinggi. Sementara saat musim kemarau bendungan ini kering.

Kontrak Pembangunan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara pihak SNVT PJSA Ciliwung Cisadane dan PT Brantas Abipraya-Sacna KSO sebagai pihak kontraktor dengan nilai pekerjaan konstruksi Rp 757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak (multi years). Bendungan Ciawi merupakan bendungan kering (dry dam) memiliki volume tampung 6,45 juta m3 dan luas area genangan 31,96 Ha.

Sementara penandatanganan kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi senilai Rp 436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016 dengan kotraktor PT Wijaya Karya-Basuki KSO. Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta m3 dan luas area genangan 5,23 ha. Kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai konstruksinya pada pertengahan tahun 2019.

Hingga 6 November 2017, lahan Bendungan Sukamahi yang sudah bebas, seluas 10,26 hektar dari kebutuhan 46,56 Ha. Sementara lahan Bendungan Ciawi yang dibutuhkan seluas 78,79 Ha dan sudah dilakukan pembayaran 10,97 Ha. Pembebasan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan oleh kontraktor yang nantinya akan dibayarkan melalui anggaran Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement