Jumat 07 Nov 2025 13:39 WIB

Tertunda Puluhan Tahun, Gubernur Pramono Normalisasi Kali Krukut

Normalisasi Kali Krukut akan cegah banjir Jakarta.

Gubernur Jakarta Pramono Anung saat memberikan keterangan di kawasan GBK, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).
Foto: Bayu Adjie
Gubernur Jakarta Pramono Anung saat memberikan keterangan di kawasan GBK, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kali Krukut di Jakarta kini perlahan mulai bernapas lega. Di bawah inisiatif serius Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, alat berat dan tim kebersihan bekerja keras membersihkan dan memperdalam alur sungai, mengubah citra Kali Krukut dari simbol masalah banjir kronis menjadi bukti nyata upaya revitalisasi lingkungan yang sedang berlangsung.

Ini merupakan kali tertua dan paling vital yang melintasi jantung Ibu Kota Jakarta. Secara geografis, sungai ini berhulu di kawasan perbatasan Bogor dan Depok, tepatnya di area Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong, dan mengalir ke arah utara sejauh sekitar 40 kilometer hingga bermuara di Banjir Kanal Barat (BKB) di Jakarta Pusat.

Baca Juga

Sejarahnya terkait erat dengan berdirinya Batavia, di mana alur sungai ini pada masa lalu berfungsi sebagai jalur transportasi dan sumber air utama bagi masyarakat, termasuk digunakan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk sistem kanal-kanal kotanya.

Sepanjang sejarahnya, profil Kali Krukut telah mengalami perubahan drastis, terutama akibat urbanisasi yang masif. Dulunya sungai yang jernih dan berfungsi optimal sebagai saluran drainase alami, kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan pemukiman padat penduduk, seringkali tanpa perencanaan tata ruang yang baik, telah menyebabkan penyempitan badan sungai dan pendangkalan. Banyak bangunan liar didirikan di bantaran sungai, bahkan di atas badan air, menghambat aliran air secara signifikan.

Akibat kondisi tersebut, Kali Krukut dikenal luas oleh masyarakat Jakarta sebagai salah satu biang kerok utama banjir kronis. Setiap musim hujan tiba, air sungai meluap dengan cepat, merendam kawasan-kawasan padat penduduk yang dilaluinya, seperti Petogogan, Kemang, hingga Karet Tengsin.

Kerusakan lingkungan di area hulu (Bogor dan Depok) akibat alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan resort juga memperparah kondisi di hilir, di mana debit air yang masuk ke Jakarta menjadi tidak terkendali.

Menyadari urgensi masalah ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah berbagai kepemimpinan telah berupaya melakukan revitalisasi. Upaya ini mencakup program normalisasi dan naturalisasi sungai.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement