Jumat 08 Dec 2017 13:21 WIB

Ada Tiga Upaya Cegah Kematian Ikan di Maninjau

Warga menangkap ikan rinuak menggunakan kain kelambu di Danau Maninjau, Agam, Sumatra Barat. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Warga menangkap ikan rinuak menggunakan kain kelambu di Danau Maninjau, Agam, Sumatra Barat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pakar Termofluida dan Lingkungan Universitas Bung Hatta (UBH) Padang, Sumatra Barat, Dr Firdaus mengatakan terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian ikan di Danau Maninjau.

"Penyebab utama kematian ikan di Danau Maninjau ialah naiknya sedimen pakan ikan yang bercampur dengan kotoran ikan dan lumpur ke permukaan air," katanya di Padang, Jumat (8/12).

Ia menyebutkan hal tersebut terjadi akibat perbedaan suhu di dalam dan permukaan air. Apabila suhu dalam air panas dan permukaan air dingin serta ditambah dengan angin kencang maka sedimen tersebut dapat naik ke permukaan.

Oleh sebab itu, ia mengusulkan tiga upaya untuk mencegah kematian ikan tersebut. Upaya pertama adalah tidak membiarkan cuaca matahari tidak mencapai dasar air.

Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya tutupan di atas permukaan danau dan tutupan tersebut dapat disiasati dengan mengembangkan sayur apung.

Upaya kedua, mengurangi angin kencang agar tidak bersentuhan langsung dengan permukaan danau yang dapat ditanggulangi dengan memperbanyak tumbuhan bambu di sekeliling danau.

Selain itu untuk mengatasi angin tersebut keramba yang ada di permukaan danau harus dimodifikasi ulang untuk memecah angin kencang yang berhembus di permukaan danau.

Sementara itu yang ketiga, mengatur jumlah pakan ikan yang akan ditebarkan di keramba dan sedapat mungkin yang diberikan adalah pakan apung. "Selama ini banyak petani yang tidak mengontrol pemberian makan pada ikan, sehingga banyak pakan yang akhirnya mengendap di permukaan danau," ujarnya.

Sebelumnya Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam mencatat sekitar 50 ton ikan milik pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Maninjau, mati mendadak akibat angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak Ahad (26/11).

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto mengatakan ke 50 ton ikan yang mati ini dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran tiga sampai tujuh sentimeter, yang berasal dari puluhan unit KJA milik 15 pembudidaya ikan yang tersebar di Bayua, Linggai, Duo Kito, Tanjung Sani dan Koto Melintang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement