Selasa 06 Jun 2017 11:42 WIB

Panglima TNI: Kiai dan Ulama Ikut Berjuang Rebut Kemerdekaan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Teguh Firmansyah
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri).
Foto: Antara
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali menyampaikan apresiasinya kepada para kiai dan ulama yang telah berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Hal ini disampaikan dalam amanatnya yang dibacakan Kasum (Kepala Staf Umum) TNI Didit Herdiawan di hadapan 10 ribu Santri Pondok Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, JawaTimur, Senin (5/6) malam.

Menurut Gatot, sejarah mencatat bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor telah melahirkan banyak kiai, ulama dan cendikiawan Muslim yang ikut berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Amanat Panglima TNI kembali mengapresiasi sejarah terkait peristiwa 'Resolusi Jihad' pada 22 Oktober 1945. Saat itu anjuran ulama kewajiban umat Islam dalam mempertahankan bangsa Indonesia dan hal ini bersentuhan langsung dengan kedaulatan Republik Indonesia.

“Resolusi Jihad pernah dikumandangkan oleh Rais Akbar Nahdatul Ulama (NU) K.H. Hasyim Asya'ri yaitu jihad Fisabilillah yang berarti wajib hukumnya bagi rakyat membela negaranya,” katanya.

Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengingatkan, setelah Resolusi Jihad Fisabillilah dikumandangkan akhirnya para kiai dan santri bersatu dengan Tentara Keamanan Rakyat dalam melakukan jihad melawan penjajah. “Jadi tanpa Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Rais Akbar NU KH Hasyim Asya'ri maka tidak akan ada perlawanan yang heroik dan jika tidak ada perlawanan heroik berarti tidak ada Hari Pahlawan tanggal 10 November,” ungkapnya.

(Baca Juga: Gatot: Jaga Reputasi dan Kehormatan Pati TNI)

Pada akhir pesannya Panglima menegaskan, santri dan ulama mempunyai peran yang sangat penting dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, bersama komponen bangsa lainnya, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat hingga saat ini. “Rakyat, ulama, dan santri merupakan cikal bakal dan kekuatan hakiki TNI yang sekaligus menjadi identitas atau jati diri TNI. Setelah Indonesia merdeka laskar-laskar dari para ulama dan santri tersebut berhimpun menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau yang saat ini disebut Tentara Nasional Indonesia,” ujar Panglima TNI.

Pria berusia 57 tahun ini menambahkan, “Menghadapi kondisi saat ini, TNI harus selalu dekat dengan rakyat karena TNI merupakan Center of Gravity atau pusat kekuatan dalam  pembinaan dan pemberdayaan bangsa untuk  mempersatukan serta mempertahankan Negara  Kesatuan Republik Indonesia.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement