Kamis 25 May 2017 13:06 WIB

Teror Bom Kembali Terjadi, Pengamat: Analisis Intelijen tak Selalu Tepat

Rep: Santi Sopia/ Red: Nur Aini
Polisi berjaga di tempat kejadian perkara ledakan bom di dekat Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5).
Foto: @TMCPoldaMetro
Polisi berjaga di tempat kejadian perkara ledakan bom di dekat Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa teror bom Kampung Melayu, Jakarta Timur (Jaktim) yang terjadi pada Rabu malam (24/5) dinilai patut menjadi keprihatinan semua pihak. Pengamat Intelejen Diyauddin mengatakan teror tersebut bisa lolos dari analisis intelijen.

Menurutnya, tugas intel memang memberikan peringatan dini. Selain itu, intelijen untuk menghindari peristiwa mengejutkan yang strategis atau strategic surprise. Namun, kata dia, antisipasi dan analisis intel juga bisa tepat atau tidak.

"Intel terbaik dunia pun pasti akan pernah mengalami kegagalan. Karena intel melakukan estimasi-estimasi, perkiraan-perkiraan keadaan. Analisisnya bisa tepat bisa salah," kata Diyauddin, Kamis (25/5).

Hingga saat ini diketahui jumlah korban dari ledakan diduga bom bunuh diri di Kampung Melayu bertambah menjadi 15 orang. Dua di antaranya terduga pelaku tewas, tiga polisi gugur, lima polisi dan lima warga lain terluka.

Pengamat Intelijen Wawan Hari Purwanto juga menegaskan untuk mengatasi aksi teror diperlukan peran seluruh elemen, tak hanya aparat keamanan. Masyarakat diharapkan ikut terlibat, terutama jika ada sesuatu yang mencurigakan, sebab harus disadari aparat keamanan yang terbatas.

"Tugasnya aparat juga bukan hanya soal teror, sehingga harus bareng-bareng, kementerian lembaga Ormas termasuk masyarakat umum di masing-masing keluarga," kata dia.

Baca juga: Polisi Segel Sebuah Rumah di Bandung Terkait Bom Kampung Melayu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement