Senin 15 May 2017 15:49 WIB

Produksi Padi di Selatan Sukabumi Turun Akibat Serangan Wereng Cokelat

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nidia Zuraya
Petani memotong padi yang roboh terserang hama wereng coklat. ilustrasi
Foto: Antara/Siswowidodo
Petani memotong padi yang roboh terserang hama wereng coklat. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Hasil panen padi di selatan Kabupaten Sukabumi tidak maksimal. Kondisi tersebut disebabkan serangan hama wereng cokelat menjelang masa panen beberapa waktu lalu.

''Hasil panen kedua berkurang sekitar setengahnya dibanding sebelumnya,'' ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade H Sahlan kepada Republika Senin (15/5). Misalkan, lanjut dia, pada musim panen pertama hasil panen padi rata-rata sekitar 6 ton hektare.

Kini kata Sahlan, hasil panen hanya sekitar 3 ton per hektare. Penurunan ini ungkap dia disebabkab faktor serangan hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi di kawasan selatan Sukabumi seperti Surade dan kecamatan lainnya.

Menurut Sahlan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) ini sudah coba ditangani oleh petani. Namun sambung dia serangan hama ini tetap berdampak pada penurunan produksi padi.

Sebelumnya ungkal Sahlan, petugas Kementerian Pertanian membantu upaya pengendalian OPT di awal musim tanam pada Februari 2016. Selepas itu lanjut dia serangan OPT berlanjut pada menjelang masa panen April lalu.

''Dari hasil pantauan di lapangan, serangan hama wereng coklat dipengaruhi oleh proses penanaman padi yang tidak ada jeda,'' ujar Sahlan. Pasalnya lanjut dia sebagian petani selepas masa panen langsung menanam kembali padi tanpa memberikan waktu istirahat kepada tanah.

Hal ini ujar Sahlan disebabkan faktor cuaca yang mendukung dalam produksi padi. Namun terang dia di sisi laib proses percepatab olah tanam ini bisa berdampak pada serangan OPT seperti hama wereng coklat.

Ke depan kata Sahlan, para petani masih belum memutuskan untuk menanam kembali padi atau tanaman palawija setelah musim panen. '' Kalau saya kemungkinan menanam palawija seperti semangka,'' cetus dia.

Di sisi lain ungkap Sahlan, kualitas hasil panen padi atau gabah kali ini jauh lebih baik. Namun sambung dia harga gabah kering panen di tingkat petani masih rendah sekitar Rp 4.200 hingga Rp.4.300 per kilogram. Idealnya minimal harga gabah kering sebesar Rp 5.000 per kilogram.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Sukabumi Dedah Herlina menerangkan, pemkab memang menggalakan proses percepatan olah tanam padi. Upaya ini lanjut dia untuk mendongkrak produksi padi.

Contohnya ujar Dedah pada Februari 2017 ditargetkan luasan tanam bisa mencapai sekitar 17,640 hektare. Sementara pada Maret diharapkan luasan tanam padi mencapai 11,022 hektare.

Gerakan percepatan tanam dalam dua bulan ke depan ini terang Dedah, sebagai upaya menciptakan kemandirian pangan daerah dan nasional. Di mana, selepas panen para petani baik di selatan maupun utara Sukabumi langsung mengolah kembali lahan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement