REPUBLIKA.CO.ID,Indonesia “tidak manusiawi” dalam hal donor kornea. Karena semua agama tidak ada yang melarang, tetapi sangat sedikit yang mendonorkan kornea. Padahal donor kornea itu diambil ketika calon donor mata telah meninggal dunia.
Hal itu dikemukakan dokter spesialis mata dan pengurus PPMTI/Bank Mata cabang Yogyakarta Agung Nugroho pada acara pemeriksaan mata gratis calon donor mata diikuti dengan penyuluhan dan diskusi bagi calon donor mata, di RS Mata dr Yap, Yogyakarta, Senin (24/4).
Ia mengungkapkan angka kebutaan di Indonesia sekitar satu persen dan 10 persen diantaranya mengalami kebutaan kornea. "Apabila jumlah penduduk di Indonesia sekitar 250 juta, maka yang mengalami kebutaaan mata di Indonesia sekitar 2,5 juta dan yang mengalami kebutaan kornea sekitar 250 ribu," ujar Agung.
Padahal, mereka yang mengalami kebutaan kornea akan mendapatkan penglihatan kembali bila ada orang-orang yang baik hati mendonorkan matanya ketika meninggal. "Daripada kornea rusak di dalam tanah lebih baik dan bermanfaat apabila dititipkan pada penderita buta kornea," kata Agung yang juga calon donor kornea ini.
Dikatakannya, Indonesia seharusnya belajar dari Nepal. Di sana, bank mata baru berdiri sejak 1981, tetapi jumlah donor kornea sangat banyak. Bahkan sudah ada yang didonorkan ke Indonesia. Di Nepal penduduknya hanya sekitar 12 juta hingga 13 juta orang, tetapi dalam satu tahun bisa tersedia kornea mata sekitar 800 kornea sampai 1000 kornea. Sementara di Indonesia, Bank Mata berdiri sudah sejak 1968, namun dalam satu tahun jumlah donor mata dari Indonesia tidak sampai 100 kornea.
Agung pun membagi satu pengalaman yang diperoleh saat belajar cangkok mata di Nepal. Di sana terdapat tulisan yang artinya “Jangan pernah membawa matamu ke surga, Tuhan tidak menerima karena lebih dibutuhkan di dunia.” Jadi, katanya menambahkan, kesadaran untuk menjadi calon donor kornea sudah tertanam sejak anak-anak
Ketua PPMTI/Bank Mata Cabang Yogyakarta Prof Suhardjo mengatakan kepengurusan Bank Mata Yogyakarta yang baru beberapa bulan ini berencana akan melakukan pertemuan dengan calon donor mata setahun dua kali. "Kami berharap calon donor mata dimonitor dan diperhatikan kesehatannya supaya tetap sehat," tuturnya. Pada kesempatan ini ada sekitar 250 calon mata yang diundang untuk mengikuti pemeriksaan mata gratis bagi calon donor mata, tetapi yang datang hanya sekitar 80 orang,
Lebih lanjut Prof Suhardjo mengatakan Bank Mata Cabang Yogyakarta juga akan merevitalisasi data calon donor mata. Karena mungkin ada yang alamatnya sudah pindah atau ada yang sudah mendaftar tetapi belum tercatat. Seperti halnya yang diungkapkan seorang calon donor mata Uswatun yang terdaftar sebagai calon donor mata sejak 2011.
Ia terinspirasi untuk menjadi calon donor kornea karena bapaknya, almarhum Wagiyo yang sangat semangat untuk mendonorkan kornea. "Bapak saya dulu Ketua RW 06 Terban dan senang menggunakan kaos calon donor mata. Bahkan ketika menjelang ajalnya tangannya selalu menunjukkan ke mata. Padahal waktu itu kami hampir lupa kalau bapak menjadi calon donor mata. Ketika bapak meninggal saya langsung menghubungi Bank Mata di RS Dr Yap,’’kata Uswatun pada Republika sambil berlinang air matanya karena terkenang ayahnya.