Senin 21 Oct 2019 07:39 WIB

Kesadaran Donor Mata Masih Rendah

Masih banyak donor mata didatangkan dari luar negeri dengan biaya tinggi.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Friska Yolanda
Pengunjung memeriksakan kesehatan matanya (ilustrasi)
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Pengunjung memeriksakan kesehatan matanya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Bank Mata Jogja, Suhardjo mengatakan Indonesia menjadi negara pendonor paling rendah di Asia Tenggara bersama Malaysia, khususnya donor mata. Menurutnya, donor mata masih dianggap hal yang tidak lazim. Untuk itu, perlu adanya komunikasi secara persuasif yang dilakukan kepada masyarakat terkait hal ini.  

"Di Indonesia masih perlu advokasi, masih belum ada perubahan kebijakan," kata Suhardjo di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Sardjito, Sleman, beberapa waktu lalu. 

Baca Juga

Di Indonesia, khususnya di DIY masih banyak donor mata yang didatangkan dari luar negeri. Tentu, hal ini membutuhkan biaya yang besar. 

"Selama ini kita dikirimi dari Amerika Serikat (AS). Untuk cost service sekitar Rp 30 juta dan tidak dibiayai oleh BPJS, belum ditambah dengan operasinya," katanya. 

Walaupun begitu, sudah ada beberapa donor mata yang berasal dari Indonesia sendiri. Sehingga hal ini dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan. 

"Kita sudah punya donor mata lokal, dari Sleman dan Semarang dengan biaya cost service sekitar Rp 4 juta. Kalau dari Jakarta sekitar Rp 6 juta," jelasnya. 

Saat ini, sudah ada sekitar 2.000 pendonor mata di DIY. Namun demikian, ia menilai masih diperlukan edukasi untuk meningkatkan jumlahnya.

"Upaya kita agar bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mendonorkan matanya salah satunya dengan advokasi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement