Rabu 04 May 2016 08:40 WIB

Cerita BJ Habibie tentang Kegigihan Istrinya untuk Bank Mata

Rep: Hasanul Risqa/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Ketiga RI, BJ Habibie
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Presiden Ketiga RI, BJ Habibie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden ketiga RI Prof Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie bercerita mengenai kegigihan istri tercintanya, almarhumah Hj Hasri Ainun Habibie, memperjuangkan bank mata.

Hal itu disampaikannya saat pidato peluncuran program tanggung jawab korporasi (CSR) Pollux Habibie International 'Sepuluh Ribu Mata' di kediamannya, Jalan Patra Kuningan.

“Saya tidak pernah berpisah dengan Ibu Ainun sampai detik ini. Ibu Ainun selalu di hati saya,” kata BJ Habibie membuka pidatonya di hadapan seratusan peserta, Selasa (3/5).

Bank mata membutuhkan donor kornea mata dari orang-orang yang sudah wafat. Di bank mata, kornea dari para pendonor disimpan dan nantinya digunakan melalui operasi medis untuk menolong para pasien pengidap kerusakan kornea.

Mantan ketua umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini menuturkan, untuk menjadi donor mata, seseorang harus menandatangani surat pernyataan. Isinya antara lain bahwa ketika orang tersebut meninggal dunia, maka kornea matanya boleh disumbangkan ke bank mata. Surat itu dibuat dengan sepengetahuan sanak famili yang bersangkutan.

Namun, lanjut Habibie, istrinya kerap menemui kendala untuk meyakinkan para calon pendonor. Sebab, dalam ajaran agama-agama tertentu, mendonorkan organ tubuh masih dianggap tabu atau bahkan terlarang.

Karenanya, almarhumah dengan gigih memperjuangkan agar donor mata dipertimbangkan sebagai keputusan yang halal. Di keluarga BJ Habibie sendiri, hal itu sudah menjadi komitmen.

“Tapi saya juga orang yang taat beragama. Saya tidak mempunyai masalah untuk menandatangani (surat pernyataan mendonorkan kornea mata) dan bahkan tanda tangan, silakan kalau saya mati, mata saya sumbangkan (ke bank mata),” ungkap BJ Habibie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement