Jumat 04 Nov 2016 21:29 WIB

Madu Hutan Dongkrak Ekonomi Masyarakat Baduy

Direktur Enterprise dan Business Service PT Telkom Indonesia Muhammad Awaluddin (kedua dari kanan) membeli madu produksi UKM kampung Baduy disaksikan sesepuh Baduy Dalam Ayah Mursid (kanan) di Kampung Ciboleger Kenekes, Kab Lebak, Banten, Jumat (19/8)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Direktur Enterprise dan Business Service PT Telkom Indonesia Muhammad Awaluddin (kedua dari kanan) membeli madu produksi UKM kampung Baduy disaksikan sesepuh Baduy Dalam Ayah Mursid (kanan) di Kampung Ciboleger Kenekes, Kab Lebak, Banten, Jumat (19/8)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Perekonomian masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, terdongkrak berkat penjualan madu hutan yang semakin diminati di wilayah Tangerang dan Jakarta.

"Kami seminggu berjualan madu hutan ke Tangerang dan selalu habis sebanyak 30 botol. Kami menjual madu hutan itu sekitar Rp 100 ribu per botol dan bisa dapat Rp 3 juta per pekan," kata salah seorang warga Baduy Samin (55) yang berjualan madu di Tangerang saat ditemui di Stasiun Rangkasbitung, Jumat (4/11).

Samin yang tinggal di Kampung Pamoean Desa Kanekes, Kecamatan Leuiwidamar, Kabupaten Lebak, ini mengatakan bahwa permintaan madu yang berasal dari hasil budidaya di kawasan hutan Baduy ini datang dari wilayah Tangerang hingga Jakarta. Bersama lima rekannya, Samin juga berkeliling untuk menawarkan madu di dua wilayah tersebut.

Menurut dia, produk madu hutan ini diminati masyarakat karena dianggap menyehatkan juga diyakini dapat mengobati berbagai jenis penyakit seperti diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kurang darah hingga batu ginjal. Alasan lainnya karena keaslian madu hutan hasil budidaya masyarakat Baduy ini tetap terjaga.

"Ekonomi keluarga kami terbantu dari hasil penjualan madu hutan ini sehingga kami akan terus mengembangkan budidaya madu hutan," ujar Samin.

Sementara itu, warga Baduy lainnya yang juga menjual madu hutan Pulung (45) mengaku dirinya sudah empat tahun berjualan madu ke Tangerang dengan berjalan kaki tanpa menggunakan angkutan kendaraan. Pelanggan madunya berasal dari kalangan masyarakat, pejabat, hingga perusahaan. "Kami berjualan madu hutan itu kebanyakan pelanggan tetap," ujar Pulung.

Bahkan, menurut dia, permintaan madu hutan ini cukup tinggi sehingga banyak yang datang langsung ke permukiman Baduy untuk membelinya. Namun sayangnya produksi madu hutan ini sangat terbatas dan tidak menentu karena sangat bergantung pada lebah yang hanya berkembang biak di pohon-pohon besar di Gunung Kendeng, kawasan tanah hak ulayat Baduy.

"Apabila lebah itu sudah berproduksi, baru dapat diambil dan menghasilkan pendapatan ekonomi," jelasnya.

Produksi madu dilakukan dengan cara tradisional dengan diambil dari sarang atau biasa disebut odeng, untuk dikeluarkan cairannya. "Kami jika mengambil madu hutan bisa mencapai tiga sampai lima botol," ujarnya.

Kelebihan madu Baduy ini, menurut Pulung, diantaranya dapat meningatkan stamina juga cocok buat penderita diabates. Sebab, madu hutan itu bisa mematikan racun-racun dalam tubuh yang dikonsumsi manusia melalui makanan dan minuman.

Selama ini, ia mengaku mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya dari hasil penjualan madu hutan ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement