REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Kepolisian dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat menegosiasikan sejumlah tuntutan yang disampaikan oleh pengemudi ojek berbasis aplikasi Gojek melalui mediasi dengan pihak perusahaan guna meredam kericuhan dan melancarkan lalu lintas kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Ini yang disampaikan masalah performa kaitannya dengan bonus. Walaupun saya bukan pengemudi Gojek, saya tau apa yang disebut performa dan masalahnya. Ini sudah saya sampaikan. Wakapolda (Metro Jaya) juga masih berusaha menegosiasikan mudah-mudahan ada solusi," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat kepada para pengemudi Gojek yang sedang unjuk rasa di halaman Kantor Pusat PT Gojek Indonesia, Jakarta, Senin (3/10).
Tubagus menyampaikan aksi unjuk rasa yang dimulai sejak pukul 11.00 WIB ini lebih baik diakhiri dengan tertib dan mengirim sejumlah perwakilan dari masing-masing wilayah, yakni Jakarta, Depok dan Bekasi untuk berkonsolidasi dengan pihak perusahaan.
Selain itu, pihak Kepolisian juga menawarkan agar dilakukan pertemuan kembali esok hari dan menyampaikan tuntutan para pengemudi kepada CEO Gojek Indonesia Nadeem Makarim yang saat ini berada di luar Jakarta.
"Besok kita tentukan tempatnya dimana untuk berbicara langsung dengan Pak Nadim. Pak Nadimnya juga tidak ada. Daripada (aksinya) mubazir, ditunjuk saja perwakilan kemudian berbicara secara nyaman. Rekan-rekan bisa pulang dengan menjaga ketertiba supaya saling menguntungkan," ujar Tubagus.
Dari pantauan Antara, ratusan pengemudi Gojek yang tersisa setelah sebagian massa bergeser ke Kantor Balai Kota, masih memadati halaman Kantor Pusat PT Gojek Indonesia yang berlokasi di Jalan Kemang Selatan, padahal aksi harus dibubarkan dan lalu lintas kembali berjalan lancar pada pukul 17.00 WIB.
Tuntutan yang disampaikan pengemudi Gojek, antara lain penghapusan sistem performa yang harus dicapai pengemudi dengan persentase di atas 50 persen. Jika pengemudi tidak mencapai target tersebut, bonus tidak akan diberikan perusahaan.
Di sisi lain, pengemudi merasa sistem ini tidak transparan dan terlalu memberatkan karena jika ada pembatalan pesanan baik dari pelanggan maupun pengemudi, dapat menurunkan performa drastis hingga 30 persen dalam sekali pembatalan. Sebelumnya, sistem ini tidak diterapkan dan bonus diberikan tanpa pengaruh persentase sistem performa.