Selasa 12 Jul 2016 08:51 WIB

Elektrifikasi dan Tumbuh Kembang UKM

Red: M Akbar
William Henley
Foto:

Secara lebih rinci, 11 sistem ketenagalistrikan yang mengalami defisit, antara lain Aceh Sumatera Utara dengan pasokan 1.821 Megawatt (Mw) dan terjadi defisit 5,22 persen. Sumatera Barat (Sumbar), Riau dan Jambi (SBT) 1.277 Mw dan defisit 9,79 persen.

Sumatera Selatan (Sumsel), Bengkulu, Lampung (SBS) kapasitas 1.721 Mw dan defisit 8,19 persen. Kalimantan Timur 459 Mw dengan catatan defisit 1,04 persen, Kalimantan Barat 362 Mw dengan defisit 8 persen, Belitung 35 Mw defisitnya 14,90 persen.

Kemudian Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan catatan pasokan 504 Mw dengan defisit 9,15 persen, Lombok 204 Mw defisitnya 17,35 persen, Sulawesi Utara dan Gorontalo 307 Mw dengan defisit -22,94 persen, Kendari 69 Mw dan defisitnya 22,38 persen serta Jayapura dengan pasokan 69 Mw.

Demikian diberitakan Liputan 6.com, Jumat (11/6/2015) mengutip  Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Alihuddin Sitompul. Dengan data di atas, menjadi tidak ada alasan bagi semua lapisan warga bangsa untuk mendoakan agar proyek listrik 35.000 Mega Watt itu gagal.

Tujuan Investasi Dari aspek bisnis, program pembangkit listrik 35.000 Mega Watt (MW) juga tak kalah pentingnya. Penyediaan listrik menjadi hal vital bagi tumbuhnya perekonomian di tanah air. Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi, salah satunya dengan meningkatkan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia.

Masalahnya, hingga saat ini, seperti dapat dilihat pada tabel Bank Dunia, daya dorong elektrifikasi dalam meningkatkan kemudahan berusaha di Indonesia masih rendah. Meski dari aspek reformasi bisnis, Bank Dunia mencatat bahwa pada 2016 perizinan menjadi lebih mudah dengan menghapuskan kewajiban mendaftar di Kementerian Tenaga Kerja, kemudahan mengakses kredit meningkat, pembayaran pajak lebih dipermudah, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia baru beranjak satu poin dari peringkat 120 di tahun 2015 menjadi 119 di 2016.

Bank Dunia menghitung tingkat kemudahan berusaha dengan menjadi 11 aspek sebagai indikator seberapa mudah atau seberapa sulit enterprener lokal dari tingkat pengusaha kecil hingga menengah membuka dan menjalankan usahanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement