Selasa 12 Jul 2016 08:51 WIB

Elektrifikasi dan Tumbuh Kembang UKM

Red: M Akbar
William Henley
Foto: istimewa
William Henley

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: William Henley (Founder Indosterling Capital)

Program pengadaan lisrik 35.000 MW, meski sebagian kalangan menilainya skeptis, memberi dorongan pada pihak-pihak yang terkait untuk terus coba mencapainya. Sejumlah pembangkit dikabarkan telah melewati tahap pembebasan lahan, di antaranya PLTGU Lombok 150 MW, PLTU Lombok dan PLTU Lombok 2. Pembangkit listrik bersumber energi baru terbarukan tersebut masing-masing berkapasitas 100 MW. Sedangkan  PLTMG Sumbawa 50 MW dan PLTMG Bima 50 MW. (Bisnis.com, 13/6/2016).

Kementerian ESDM mengungkapkan, selain mencegah krisis listrik, jika megaproyek tersebut tercapai ekonomi Indonesia akan tumbuh pesat. Kementerian ESDM sendiri menugaskan PT PLN (Persero) membangun pembangkit listrik sampai 5 ribu MW. Sisanya, sebanyak 30 ribu MW akan digarap perusahaan produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP).

Megaproyek pembangkit listrik 35 ribu MW disebutkan pihak ESDM membutuhkan 291 pembangkit, 732 transmisi, 75 ribu set tower dan 1.375 unit gardu induk. Proyek ini juga akan menyerap 301.300 km konduktor alumunium, 2.600 set trafo, dan 3,5 juta ton baja. Lantas bagaimana dengan tenaga kerja yang bisa terserap? Secara langsung akan ada penyerapan tenaga kerja sebanyak 650 ribu orang. Lebih besar dari itu, secara tidak langsung akan membuat 3 juta orang tenaga kerja mengecap dunia kerja.

Dari angka tersebut, jangan dilupakan berapa banyak Usaha Kecil dan Menengah yang akan mendapat manfaat. Sebaliknya, jika program listrik 35 ribu MW tidak tercapai? Selain pasokan listrik di Indonesia akan terus tenggelam dalam krisis akibat defisit elektrifikasi, industri - termasuk UKM - harus tutup warung alias tidak bisa menjalankan aktivitas usahanya.

Saat ini, 23 sistem kelistrikan nasional, 11 diantaranya mengalami defisit atau kekurangan pasok. Sebanyak 3 sistem ketenagalistrikan nasional berstatus normal, 9 lainnya berstatus siaga (cadangan lebih kecil) dan 11 sistem ketenagalistrikan mengalami defisit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement