Senin 09 May 2016 00:18 WIB

Menteri: Nusantara Mengaji tak Mengandung Unsur Politik

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar. (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar. (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadirnya kegiatan Nusantara Mengaji yang mengkhatamkan Alquran lebih 300 ribu kali, semakin menjawab kerinduan umat Islam akan hadirnya Alquran.

"Kita semua sesungguhnya sangat rindu akan Alquran. Demi Alquran kita dipersatukan dari berbagai macam golongan, etnis, jabatan, struktur sosial tanpa pandang bulu. Alquran telah menyatukan kita semua hari ini," ujarnya Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar saat menutup kegiatan Nusantara Mengaji di Kota Banda Aceh, Ahad (8/5).

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyatakan, gerakan Nusantara Mengaji yang diinisiasi oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tersebut, bertujuan demi kelancaran proses berjalannya berbangsa dan bernegara. Dia berharap, gerakan tersebut akan melahirkan gerakan-gerakan mengaji di masjid dan mushala demi kembali membumikan Alquran.

"Kita harus membumikan Alquran. Agar masalah yang mendera bangsa ini dapat terselesaikan. Bacaan Alquran ini, adalah demi keluhuran, kemakmuran, dan kesejahteran bagi Indonesia. Ini tentu relevan, bahwa mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman," ujar Marwan.

Dia menegaskan, gerakan Nusantara Mengaji digelar tanpa mengandung unsur-unsur politik. Gerakan tersebut murni digelar, hanya untuk bermunajat kepada Allhah SWT. "Kita lepaskan semua baju politik kita. Ini adalah murni gerakan untuk meraih ridla Allah SWT," ujarnya.

Marwan berpesan pada pemuda Islam di Indonesia, agar turut membudayakan bacaan Alquran setiap harinya. "Jangan waktunya habis untuk main game dan nonton televisi. Tapi waktu habis untuk membaca Alquran," ujarnya.

Dia menjelaskan, penutupan Nusantara Mengaji sengaja ditempatkan di Masjid Baiturrahim Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. Hal tersebut sekaligus mengenang bencana tsunami yang pernah melanda Aceh, di mana masjid tersebut tetap berdiri kokoh meski diterpa bencana tsunami.

"Saya yakin, masjid ini digunakan untuk mengaji, dan shalat berjamaah setiap harinya. Saya juga yakin, masjid ini didirikan oleh orang-orang ikhlas yang berjihad di jalan Allah SWT," kata Marwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement