REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Proyek pembangunan Tol Soreang-Pasir Koja kini kembali menuai persoalan. Lantaran, hampir seluruh supplier pada akses jalan yang menuju tol tersebut belum menerima bayaran dari kontraktor utama, yakni PT Tindodi Karya Lestari.
Salah satu supplier pada proyek pengerjaan akses jalan pendukung tol Soroja, Haris Ahmad menuturkan, ia bersama rekan supplier yang lain berencana bakal berdemonstrasi jika pekerjaan mereka tak kunjung dibayar.
"Untuk sekarang, kita masih belum melakukan aksi apapun. Tapi yang jelas, pembayaran dari kontraktor utama (PT Tindodi), Pembayaran macet," ujar dia, Selasa (26/4).
Haris merupakan salah satu pemasok tanah urukan yang diambil dari Desa Sadu Kecamatan Soreang. Lokasi pengerjaan yang dilakukan Haris, yaitu di akses jalan tol yang menembus ke Gading Tutuka dan Katapang.
Awalnya, di pengerjaan pengerukan jalan yang dimulai sejak November tahun lalu itu, ia hanya sebagai pemasok tanah urukan. Namun, karena kondisi di lapangan kekurangan alat berat, ia pun akhirnya membantu proses pengerjaan dengan menurunkan beberapa alat berat yang dimilikinya. Alat berat ini disewakan kepada Tindodi.
"Perusahaan (Tindodi) tahu saya menyewakan, karena saya kan kasih tahu mereka dulu," kata dia.
Namun, ia mengakui, pembayaran untuk tanah urukan dan alat berat oleh Tindodi ini tidak jelas. Tindodi mulai menunggak sudah sejak Januari 2016. Semestinya, pembayaran dilakukan secara per pekan. Bulan pertama, pembayaran masih lancar, tapi, di bulan kedua, pembayaran sudah mulai tak beres.
Seharusnya, lanjut dia, pembayaran ini sudah selesai pada Februari lalu, karena pengerjaan oleh para supplier ini selesai pada bulan itu. Total, Tindodi menunggak pembayaran hingga Rp 1,2 miliar, termasuk beberapa supplier yang lain.
"Ini sama rekan-rekan yang lain, ada beberapa vendor. Sampai sekarang itu belum dibayar," kata dia.
Tidak beresnya pembayaran tersebut, kata dia, dari pelaksana tender. Sedangkan kalau pembayaran dari Pemkab Bandung ke Tindodi, dari sepengatahuan Haris, itu sudah selesai. Haris sudah berusaha berkomunikasi dengan Tindodi, namun komunikasi tersebut seolah terputus. "Kita kehilangan kontak (dengan Tindodi)," ujar dia.
Karena itu, pihaknya sudah meminta bantuan Bupati Bandung untuk turun langsung menangani persoalan tersebut. Mediasi antara pihak vendor dan bupati pun sudah dilakukan.