REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak empat WNI kembali menjadi korban perompakan dan penyanderaan kelompok tak dikenal yang berada di Filipina. Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menilai, jika dilihat dari polanya, penyanderaan tersebut lebih bermotif ekonomi.
"Saya takut kalau-kalau ini nanti seperti daerah Somalia, jadi tidak ada aspek politik murni di dalamnya itu," ucap dia di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (17/4).
Luhut sendiri mengaku belum dapat memastikan siapa pelaku perampokan yang baru-baru ini menyandera empat WNI, apakah dari kelompok Abu Sayyaf yang sama atau bukan. Pemerintah, kata dia, masih melakukan identifikasi untuk mencari tahu siapa kawanan perompak tersebut.
"Kita belum yakin betul apakah ini murni kelompok Abu Sayyaf atau sempalan-sempalannya," ujarnya.
Seperti diketahui, empat WNI kembali menjadi korban perampokan dan penyanderaan saat sedang berlayar di laut perbatasan antara Malaysia dan Filipina. Sementara enam orang WNI lainnya berhasil lolos dari perompakan dan kini berada di Sabah, Malaysia.
Dengan demikian, ada 14 WNI yang tengah menjadi tawanan kelompok perompak asal Filipina. Hingga kini, pemerintah mengaku terus melakukan upaya pembebasan.