Rabu 30 Mar 2016 00:23 WIB

Intimidasi Politik Bukan Barang Baru di Indonesia

Rep: Lintar Satria/ Red: Karta Raharja Ucu
Yusron Ihza Mahendra
Yusron Ihza Mahendra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS) Guspiabri Sumowigeno mengatakan intimidasi sudah biasa dalam politik.

Ciutan Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra yang menyatakan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk tidak arogan agar etnis Tionghoa lainnya tidak menjadi korban bila ada kerusahan etnik menjadi polemik sebagai sebuah serangan politik yang cukup keras.

"Masih pagi sudah seperti ini, saya tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari menjelang pemilihan nanti," katanya di Jakarta, Rabu (30/3).

Guspiabri mengatakan Ahok harus bersiap-siap dengan berbagai serangan politik. Guspiabri menjelaskan intrik-intrik politik seperti itu memang sering terjadi.

Tidak hanya di Indonesia tapi juga di Amerika. Ia menambahkan yang terpenting mekanisme demokrasi dapat berjalan dengan baik. Kandidat yang terpilih merangkul yang kalah.

"Negara seberadab Amerika pun hal-hal yang sifatnya intrik itu tetap terjadi," ucap dia.

Ia mengatakan intimidasi politik bukan lagi barang unik di Indonesia. Yang terpenting, lanjutnya, setiap pihak dapat mengendalikan diri. Ahok juga harus mengandeng tokoh-tokoh nasional untuk menahan derasnya serangan politik.

"Karena mustahil Pak Ahok menetralisir serangan-serangan tersebut harus dilakukan oleh tokoh nasional, tokoh-tokoh nasional juga pimpinan-pimpinan partai," katanya.

Menurut dia, eklalasi politik akan semakin memanas semakin dekatnya hari pemilihan. Ia berpendapat, Ahok juga harus memperbaiki komunikasi politik. Karena sebagai calon terkuat seharusnya, tambah Guspiabri, menambah kawan bukan lawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement