Selasa 29 Mar 2016 21:41 WIB

Wajar Indonesia Permasalahkan Sikap Rasial Suu Kyi

Rep: Amri Amirullah/ Red: Ilham
Aung San Suu Kyi
Foto: AP
Aung San Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia membuat petisi pencabutan nobel perdamaian Aung San Suu Kyi karena sikap rasialnya terhadap presenter muslim dari BBC. Ini menjadi sikap Indonesia terhadap pelanggaran nilai-nilai demokrasi yang anti diskriminasi.

Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti, wajar bila aktivis demokrasi di Indonesia mempermasalahkan sikap Suu Kyi. Sebab Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar memiliki pesan yang jelas dengan sikap diskriminasi ini.

"Luar biasa sekali, sensitifitas anti-diskriminasi tersebut ternyata muncul dari Indonesia, bukan negara barat. Kita harus tegaskan bahwa anti-diskriminasi itu universal, tidak memandang timur dan barat, agama apapun dan etnis apapun," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (29/3).

Selain itu, kata dia, sikap anti-diskriminasi yang disuarakan para aktivis demokrasi di Indonesia ini bukan karena negara ini mayoritas muslim, tapi karena sikap diskriminatif itu melanggar nilai kemanusiaan. Dan Indonesia sudah mengalami kondisi panjang diskriminatif tersebut.

"Dari pelajaran itulah, Indonesia belajar dan sikap anti-diskriminatif itulah yang membuat bangsa ini ada hingga kini dan terus bertahan," katanya.

Menurut Ray, ini juga pelajaran bagi masyarakat Indonesia, bahwa sikap anti diskriminasi ini harus universal baik muslim atau pun non muslim, dan harus terus dipertahankan. Sebab banyak kasus seperti di Pilkada yang seringkali memunculkan kembali permasalahan SARA.

"Kita ingin tidak adanya korban diskriminasi, karea itu kita seharusnya tidak melakukan tindakan diskriminatif kepada orang lain. Pandangan inilah yang menyelamatkan bangsa Indonesia hingga saat ini," kata aktivis demokrasi ini.

Sebelumnya, pernyataan rasial Aung San Suu Kyi disampaikan usai diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain, pada 2013 lalu. Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat Muslim di Myanmar.

Seperti dikutip The Independent, Suu Kyi terdengar marah-marah dan mengatakan "Tidak ada yang memberitahuku saya akan diwawancarai oleh seorang muslim."  Wawancara yang terjadi pada 2013 ini baru dipersoalkan karena biografi Suu Kyi yang ditulis oleh Peter Popham baru terbit. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement