Selasa 29 Mar 2016 17:47 WIB

Din: Sangat Wajar Jika Nobel Perdamaian untuk Suu Kyi Dibatalkan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin (tengah)
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin ikut menandatangani petisi online mendesak Komite Nobel untuk menarik Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi.

"Sangat wajar karena perilaku dan sikap yang ditampilkan Aung Sang Suu Kyi membatalkan kriteria penerimaan Nobel perdamaian. Seyogyanya Komite Nobel tanpa diminta oleh pihak manapun seharusnya langsung membatalkannya," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (29/3).

Pria yang menjabat sebagai President Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) itu mengatakan, seandainya Komite Nobel enggan menarik Nobel Perdamaian dari Suu Kyi, maka harus terus disuarakan oleh masyarakat dunia bahwa dia bukanlah tokoh perdamaian.

"Kalau Suu Kyi masih bersikap seperti ini, saya sanksi proses perdamaian Myanmar akan bisa selesai dan krisis pun akan terus terjadi, termasuk yang  menyeret kelompok agama di Myanmar yang bersifat keagamaan walaupun motif dasarnya bukan agama," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Suu Kyi mengeluarkan pernyataan 'tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang Muslim' usai diwawancara oleh presenter BBC Today Mishal Husain pada 2013.

Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat muslim di Myanmar. Memang, kejadian tersebut sudah terjadi tiga tahun lalu.

Namun hal tersebut baru terkuak belakangan ini berkat buku biografi berjudul The Lady and The Generals – Aung San Suu Kyi and Burma’s Strunggle for Freedom yang ditulis oleh jurnalis The Independen Peter Popham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement