REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Harian Umum Republika menyabet juara kedua sebagai media massa cetak yang unggul dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Penilaian dilakukan oleh Pusat Pembinaan di bawah naungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kepala Bahasa Harian Umum Republika Ririn Liechtiana mengatakan, penghargaan tersebut merupakan kebanggaan bersama. Selama ini, ujarnya, Republika terus berikhtiar mencermati penggunaan Bahasa Indonesia dalam konten media yang dipublikasikan.
"Semoga menjadi penyemangat agar Republika terus menjadi media yang membantu menyosialisasikan dan mengedukasi penggunaan bahasa yang baik, benar, santun, apik, dan cermat kepada masyarakat," ungkap Ririn, usai menerima penghargaan di Gedung Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Kompleks Indonesia Peace Security Center (IPSC) Sentul, Kabupaten Bogor, Selasa (29/12).
Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Gufran Ali Ibrahim menyebutkan, 10 besar surat kabar berbahasa terbaik yaitu Kompas, Republika, Koran Tempo, Media Indonesia, Radar Bogor, Suara Pembaruan, Riau Pos, Warta Kota, Solopos, dan Jawa Pos. Jumlah media massa cetak yang dinilai pada tahun 2015 sebanyak 45 media dari nasional dan daerah.
Penilaian yang dilakukan November lalu itu melibatkan pakar bahasa, pakar komunikasi, wartawan, dan organisasi profesi. Aspek kebahasaan yang dinilai, kata Gufran, antara lain bentuk dan pilihan kata, ejaan, kalimat, penalaran, dan paragraf/wacana.
"Penghargaan ini merupakan wujud apresiasi kami terhadap media massa cetak yang berdedikasi menjadi pemulia Bahasa Indonesia dan mengedukasi publik untuk berbahasa dengan cermat, apik, dan santun," tutur Gufran.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hurip Danu Ismadi yang hadir dalam penyerahan penghargaan berharap, penilaian tersebut semakin memicu media massa cetak untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Pasalnya, media massa adalah garda terdepan yang mendidik masyarakat dan membentuk jati diri bangsa melalui penggunaan Bahasa Indonesia.
Hurip mencermati persoalan serius yakni tergerusnya penggunaan Bahasa Indonesia. Media massa maupun masyarakat cenderung menggunakan bahasa asing, seakan ada pendapat jika tidak memakai bahasa asing tidak keren.
"Padahal Bahasa Indonesia jauh lebih indah dan bermakna," ujarnya.
Hurip mengapresiasi seluruh media cetak yang memenangkan penghargaan. Menurutnya, para pemenang adalah pelopor untuk mencintai dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan maksimal.
n c34/Shelbi Asrianti