Sabtu 05 Sep 2015 22:25 WIB

Polisi Kantongi Nama Perusak Mobil Peneliti ITS

Bentrok/ilustrasi
Foto: pesatnews
Bentrok/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Penyidik Kepolisian Resor Jember sudah mengantongi sejumlah nama pelaku yang diduga melakukan perusakan terhadap mobil peneliti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya saat bekerja di Desa Paseban, Kecamatan Kencong.

"Sejumlah saksi yang diperiksa sudah menyebut nama-nama pelaku yang nekat merusak mobil yang digunakan para peneliti ITS yang merupakan kendaraan Dinas Pengairan Pemprov Jatim," kata Kepala Unit Pidana Umum Polres Jember Ipda Ainur Rofiq di Jember, Jawa Timur, Sabtu (5/9).

Ratusan warga Desa Paseban mendatangi tim peneliti tanah yang disewa oleh Dinas Pengairan Jawa Timur pada Selasa (1/9) malam, bahkan warga merusak dua unit mobil dengan cara menggulingkan kendaraan itu hingga kacanya pecah semua, serta tiga anggota tim peneliti sempat dipukul dan ditarik sejumlah warga setempat.

"Saya belum bisa menyebut nama-nama calon tersangka perusakan mobil karena masih dalam proses penyelidikan," tuturnya.

Penyidik, lanjut dia, sudah mengumpulkan alat bukti terkait dengan kasus dugaan kekerasan yang dilakukan kepada tim peneliti dan kendaraan Dinas Pengairan Jatim yang digunakan peneliti tanah dari ITS.

"Polisi masih terus mengumpulkan sejumlah bukti untuk bisa mengarah kepada tersangka dan diperkirakan jumlahnya mencapai belasan orang," katanya.

Sejauh ini Polres Jember belum menetapkan tersangka perusakan mobil milik Dinas Pengairan Jatim yang digunakan peneliti ITS untuk mengambil sampel tanah di sekitar jembatan Bondoyudo di kawasan jalur lintas selatan (JLS) yang ambrol di Desa Paseban.

"Kalau sudah cukup bukti dan keterangan sejumlah saksi dirasa cukup, maka kami akan menetapkan tersangka sebagai pihak yang harus bertanggung jawab terhadap tindakan anarkis yang menyebabkan dua unit mobil rusak," paparnya.

Tindakan anarkis dilakukan warga Desa Paseban karena menduga tim peneliti ITS itu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan pasir besi di Desa Paseban yang ditolak keras oleh warga setempat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement