Jumat 26 Jun 2015 19:23 WIB

Kemenkes Teliti Nyamuk se-Indonesia

Rep: c14 / Red: Angga Indrawan
(Illustrasi) Nyamuk Anophles, penular Malaria
Foto: PORTALEUREKA.COM
(Illustrasi) Nyamuk Anophles, penular Malaria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara tropis Indonesia masih dibayang-bayangi beragam penyakit akibat gigitan nyamuk. Bahkan di antaranya termasuk penyakit mematikan, seperti malaria atau demam berdarah. 

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pihaknya sedang meneliti sampel nyamuk Aedes yang berasal dari semua provinsi di Indonesia. Jenis nyamuk tersebut diketahui menyebarkan virus penyebab penyakit cikungunya dan demam dengue

"Badan Penelitian dan Pengembanan Kesehatan (Balitbangkes) memang sedang melakukan penelitian resistensi nyamuk Aedes terhadap insektisida. Kami mengumpulkan minimal 244.800 ‎jentik nyamuk untuk seluruh propinsi di Indonesia," ujar Tjandra Yoga Aditama, Jumat (26/6). 

Sejak kemarin hingga hari ini (26/6), kata Tjandra, pihaknya telah sampai pada tahap peninjauan jentik nyamuk. Alasan penelitian ini, sebut Tjandra, untuk mencari tahu daya tahan (resistensi) nyamuk terhadap obat serangga dengan merek-merek tertentu yang kerap digunakan masyarakat. 

Di sejumlah kota di Indonesia, Laboratorium Balitbangkes Kemenkes setempat telah membiakkan jentik untuk menjadi nyamuk dewasa sampai turunan ke satu. Tjandra mengungkapkan, diperkirakan dari sana akan muncul 12.240.000 telur nyamuk. Kemudian, dari jumlah tersebut, akan dibiakkan lagi hingga turunan kedua. 

"Sehingga beberapa Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kita di berbagai kota dapat saja punya stok total sekitar 600 juta telor nyamuk, yang bila diperlukan dapat kami gunakan untuk penelitian lanjutan," tutur dia. 

Tjandra menjamin nyamuk yang diteliti tidak akan keluar dari laboratorium. Pada akhirnya, ujar Tjandra, nyamuk yang jadi sampel penelitian ini akan diuji kepekaannya terhadap lima merek obat antiserangga yang biasa digunakan orang Indonesia.

"Dengan hasil ini, kita akan dapatkan insektisida mana yang resisten. Artinya, jangan digunakan lagi untuk pengendalian nyamuk di negara kita," tambah dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement