Rabu 22 Apr 2015 13:32 WIB

Laporkan Bocoran Soal UN, Siswa SMA 3 Yogyakarta Dapat Penghargaan KPK

Siswa mengikuti Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis komputer di SMKN 28, Jakarta Selatan, Senin (13/4).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa mengikuti Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis komputer di SMKN 28, Jakarta Selatan, Senin (13/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan penghargaan khusus kepada siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta karena berani memberikan laporan mengenai kebocoran soal Ujian Nasional melalui tautan di internet.

"Penghargaan ini diberikan karena adik-adik SMA Negeri 3 Yogyakarta adalah siswa-siswa yang berani menegakkan keadilan dan kebenaran. Mereka memiliki kesempatan untuk memanfaatkan soal yang bocor namun tidak mereka lakukan," kata Fungsional Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Pauline Arifin saat memberikan penghargaan itu di SMA Negeri 3 Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, sikap dari siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta tersebut patut disebut sebagai agen perubahan dan dijadikan contoh bagi siswa-siswa lain dalam menyuarakan keadilan dan berani membela kejujuran.

Pauline menyebut, pemberian penghargaan kepada siswa dan sekolah yang berani menyampaikan laporan kebocoran soal ujian nasional baru dilakukan untuk pertama kalinya di SMA Negeri 3 Yogyakarta.

"Untuk konteks lain, KPK juga sering memberikan penghargaan," katanya.

Penghargaan yang diberikan KPK tersebut berwujud plakat dan pin bertuliskan "berani jujur itu hebat" yang kemudian disematkan di baju siswa.

Sementara itu, Muhammad Tsaqif Wismadi, siswa yang menyampaikan laporan indikasi kebocoran soal ujian nasional mengatakan, keputusannya untuk melapor didasari pada tujuan mencari keadilan bagi teman-temannya yang menjalankan ujian nasional.

"Banyak teman-teman yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk belajar demi ujian nasional. Orang tua dan sekolah juga sudah melakukan berbagai usaha. Jika ada bocoran soal, maka itu menjadi tidak adil," katanya.

Ia mengaku banyak memperoleh ancaman dari sejumlah pihak tidak bertanggung jawab setelah menyampaikan laporan itu.

"Ya, didiamkan saja. Orang tua mendukung tindakan saya meskipun ibu merasa khawatir dengan banyaknya ancaman yang masuk," katanya yang ingin meneruskan pendidikan di bidang perencanaan kota di Universitas Gadjah Mada.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement