Selasa 18 Nov 2014 10:36 WIB
Kenaikan BBM

Sultan Sepuh: Kenaikan Harga BBM Hambat Pelestarian Tradisi dan Budaya

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Kunjungan Jokowi ke Keraton Cirebon
Foto: Istimewa
Kunjungan Jokowi ke Keraton Cirebon

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sultan Sepuh XIV Cirebon, PRA Arief Natadiningrat menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat. Hal itu juga bisa menghambat pelestarian adat tradisi dan budaya.

Menurut Sultan, kenaikan harga BBM membuat beban Kesultanan Kasepuhan Cirebon semakin berat. Pasalnya, semua harga barang naik dan biaya hidup naik, yang menyebabkan operasional pemeliharaan keraton juga ikut naik.

Sedangkan di sisi lain, kata Sultan, pendapatan keraton tidak ada karena aset-aset keraton masih dikuasai pemerintah. Dia menyatakan, hingga kini masalah itu belum ada penyelesaian.

''Dengan demikian, dampak (kenaikan harga BBM) bisa menghambat pelestarian adat tradisi dan budaya,'' tegasnya, Selasa (18/11).

Sultan melanjutkan naiknya harga BBM juga membuat kebutuhan hidup para abdi dalem naik. Padahal, paringan untuk abdi dalem tidak memadai. Ia menyatakan kondisi itu diperparah dengan fasilitas kesehatan untuk abdi dalem yang juga terkendala. Pasalnya, BPJS kesehatan belum mau memberikan kartu keanggotaannya.

Sultan menilai, sektor kebudayaan selama ini kurang diperhatikan bahkan selalu dilupakan setiap ada kenaikan harga BBM. Dia mengatakan, yang diperhatikan pemerintah hanya masalah kesehatan dan pendidikan.

''Namun meskipun demikian, kami tetap bertahan sebagai penjaga budaya bangsa yang Bhineka Tunggal Ika,'' katanya.

Sultan berharap, pemerintah selalu memperhatikan sektor kebudayaan. Apalagi, hal itu telah diatur dalam  UUD. Ia pun mengingatkan kepada Presiden Jokowi untuk memperhatikan rakyat miskin. Hal itu sesuai amanat Sunan Gunung Jati, "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin" (saya titip mushola/masjid dan fakir miskin).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement