REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon megaku terinspirasi oleh "Bhineka Tunggal Ika" yang menjadi tema dalam pertemuan keenam Forum Global Aliansi Peradaban PBB (UNAOC) 2014.
"Bhinneka Tunggal Ika lebih dari slogan. Ini adalah cara hidup dan cara untuk perdamaian," katanya saat pembukaan pertemuan UNAOC di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Oleh karena itu, dia tidak ingin dipisahkan karena adanya perbedaan. "Perbedaan ini tidak boleh memisahkan kita," ujarnya.
Ban Ki-moon juga menyoroti banyaknya bencana alam yang memilukan, krisis yang terjadi akibat mengekpoitasi kekuatan, dan dipisahkan oleh budaya, agama atau etnis.
Dengan demikian, UNAOC diciptakan untuk membangun perdamaian. Aliansi Peradaban PBB dibentuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada 14 Juli 2005. Aliansi itu bertujuan menjembatani jurang antara Islam dan Barat serta membangun kemauan politik dan aksi bersama untuk menghadapi prasangka, mispersepsi, dan menolak ekstrimisme dalam masyarakat.
Aliansi Peradaban PBB itu memiliki empat pilar tindakan yaitu pendidikan, kepemudaan, media, dan migrasi yang dihadiri oleh 106 perwakilan dari negara-negara PBB dan sekitar 1.300 partisipan dari berbagai latarbelakang budaya dan agama di dunia .
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara yang tergabung dalam Aliansi Peradaban PBB (UNAOC) mendorong kerja sama kepemudaan, media, migrasi dan pendidikan untuk memerangi prasangka, ketidakpedulian, ekstrimisme dan ketidakadilan di seluruh penjuru dunia.
"Tentu saja ada kebatasan pada apa yang dapat dilakukan Aliansi, namun jika kita dapat mencapai kemajuan substantif di empat pilar kerja sama itu maka Aliansi kita akan membuat perubahan," katanya.
Menurut dia, ada beberapa hal konstruktif yang dapat dilakukan oleh Aliansi untuk menciptakan harmoni peradaban, antara lain dengan cara memulihkan kepercayaan strategis antar-negara, mendorong rekonsiliasi, dialog serta memanfaatkan teknologi internet dan diaspora.